Sistem Saluran Air Buruk, 48 Hektare Sawah Terendam Banjir

Sistem Saluran Air Buruk, 48 Hektare Sawah Terendam Banjir

  CIREBON - Intensitas hujan selama tiga hari terakhir di Kabupaten Cirebon, cukup tinggi. Imbasnya, sejumlah titik areal pertanian di Kecamatan Gegesik terendam banjir. Selain derasnya hujan, banjir tersebut juga diakibatkan buruknya sistem saluran air di sekitar sawah. Warga Desa Jagapura, Tommy (43) mengatakan, banjir di Kecamatan Gegesik memang sudah menjadi langganan setiap tahun. Akibatnya, sejumlah titik area pesawahan di Kecamatan Gegesik, seperti di Desa Gegesik Kulon dan Jagapura Wetan pun terendam banjir. \"Kondisi lahan pertanian di Kecamatan Gegesik ini merupakan dataran rendah.  Sehingga, air mudah menggenang. Apalagi, saluran air di sekitar sawah cukup buruk. Akibatnya, petani kesulitan membuang air yang menggenang,\" ujar Tommy kepada Radar, kemarin (7/2). Dia berharap, pemerintah dapat memperhatikan dan memperbaiki saluran tersebut agar petani tenang dalam mengelola tanaman padi. \"Apalagi, tanaman padi ini usianya masih muda sekitar 25 hari,\" kata petani desa setempat itu. Senada disampaikan Ketua Gapoktan Citra Mandiri Desa Jagapura, Kecamatan Gegesik, H Uug Khuzaeni. Dia menjelaskan, banyak area sawah pertanian yang terendam banjir, khususnya di Desa Jagapura. Tanaman padi yang terendam banjir pun usianya berbeda-beda, ada yang baru masa tanam, ada yang sudah setengah bulan tanam, dan satu bulan tanam. \"Banjir di desa kami sudah menjadi langganan. Ketika musim kemarau areal pertanian kekeringan, sebaliknya ketika hujan kebanjiran,\" terangnya. Dia mengungkapkan, kondisi seperti ini tetap saja yang dirugikan adalah petani, bukan pemerintah daerah. Hingga kini, belum ada perhatian serius dari instansi terkait. Padahal, Desa Jagapura penyumbang ketahanan pangan di Jawab Barat, bahkan nasional. \"Luas area pertanian khusus di Desa Jagapura sekitar 2.000 ha. Tapi,  kalau se-Kecamatan Gegesik lebih dari 8.000 ha,\" tandasnya. Sementara itu,  Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ir Ali Effendi MM mengatakan, hujan yang turun terus-menerus dalam beberapa hari terakhir, mengakibatkan 100 hektare lahan pertanian di wilayah Gegesik terendam air. Ia menyampaikan, banjir yang menggenangi tanaman padi usianya kurang lebih 30 hari yang berlokasi di Desa Gegesik Kulon seluas 38 Ha terdiri dari Blok Sicuntang 30 ha, Blok Sientog 8 ha, dan di Desa Jagapura Kidul Blok Pamengkang seluas 10 Ha. \"Hal tersebut sebagai akibat hujan dari hari Sabtu (3/2) sampai Senin (5/2). Jadi, jumlah yang terkena banjir seluas 48 Ha. Alhamdulillah, posisi hari ini (kemarin, red) air sudah mulai surat dengan pembuangan airnya menggunakan pompa air yang ada ke saluran Situnggak dan Sigabus,\" paparnya. Ali menyampaikan, kecamatan yang rawan banjir untuk areal pertanian seperti Kecamatan Mundu, Gegesik, Kapetakan, Panguragan, Susukan,  Pangenan, Suranenggala, dan sebagian Kecamatan Losari. \"Tapi, di awal tahun 2018 ini, Kecamatan Susukan, Desa Jagapura yang direndam banjir,\" ungkapnya. Dia menjelaskan, tanaman padi tidak akan mati bila hanya terendam selama 2-3 hari saja. Apalagi, sebelumnya tanaman padi tersebut kekurangan air akibat hujan tidak turun. Menurutnya, tanaman padi tidak akan mati ketika hanya dua tiga hari terendam. Tanaman padi akan mati bila terendam lebih dari 3 hari. Itu pun bila semua tanaman padi terendam. \"Kalau masih ada yang tersisa pucuk daunnya saja, padi tidak akan mati karena masih bisa bernafas. Tetapi kalau semua terendam padi usia berapa pun akan mati, termasuk padi yang sudah keluar bulirnya,\" jelasnya. Selain ancaman bajir, kata Ali, di musim penghujan juga tanaman padi rawan penyakit seperti wereng coklat dan pengerat batang. Tetapi, saat muncul hama tersebut, petani harus langusng melakukan penyemprotan dengan pestisida. (sam)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: