HPN 2018, Hasilkan Karya Jurnalistik Mendalam

HPN 2018, Hasilkan Karya Jurnalistik Mendalam

PADANG - Wartawan surat kabar harus semakin tertantang untuk bisa menulis karya jurnalistik yang indah. Apalagi di era digitalisasi saat ini. Jika karya jurnalistik yang biasa saja sudah ditemukan di online yang lebih cepat dari pada surat kabar. Nah, surat kabar yang beritanya tidak secepat online, harus punya keunggulan tersendiri. \"Karya jurnalistiknya surat kabar harus berbeda dengan online. Tulisan yang ada di surat kabar koran harus lebih dalam, tetapi cara menulis wartawan surat kabar harus betul-betul seperti sastrawan sehingga wartawan surat kabar harus bisa membuat pembacanya itu kangen. Dengan begitu, koran tidak akan pernah mati walaupun di era digital saat ini,\" kata Tokoh Pers Nasional Dahlan Iskan saat menjadi salah satu pembicara di Konvensi Nasional Media Massa, di Hotel Grand Inna Padang, kemarin. Konvensi Nasional Media Massa, Iklim Bermedia yang Sehat dan Seimbang, dengan tema Mempertahankan Eksistensi Media Massa Nasional dalam Lanskap Informasi Global “Persaingan Usaha Media Pasca Revolusi Digital” itu juga hadir Menkeu RI Sri Mulyani, Menkominfo RI Rudiantara, tokoh pers dan ratusan wartawan se-Indonesia. Ia mengatakan jika pembaca sudah kangen dengan surat kabar itu, tentu surat kabar akan terus hidup. Caranya tentu disiasati dengan menyajikan berita yang lebih baik daripada media digital. \"Jadi lakukan apa yang dianggap baik saat ini,\" kata mantan Menteri BUMN ini. Sebagai bukti koran tidak akan mati, Dahlan menjelaskan, dalam 2 tahun terakhir cuma dua koran di Indonesia mati. Itu juga disebabkan karena koran tersebut memang sudah lama sakit. \"Rencana jangka panjang untuk perusahaan media tidaklah banyak, dimana media harusnya bisa mengikuti perubahan teknologi yang begitu cepat,\" ucap mantan CEO Jawa Pos ini. Presiden Direktur VIVA Media Group, Anindya Novyan Bakrie mengatakan media ke depan harus berpikir lebih banyak, mendengarkan lebih baik dari sisi pelanggan dan mencoba melayani secara 360 derajat. \"Artinya, media ke depan harus menjadi gabungan platform yang ada, seperti gabungan event management, talent production dan content management. Jadi, ini murni untuk melayani pelanggan dengan lebih baik, di tengah tekanan yang besar itu tadi,\" tuturnya. Anin mengatakan disrupsi teknologi yang ditandai masuknya platform baru, di mana pemain-pemain asing masuk dan bersaing. Karena, menurut Anin, tidak sedikit pemain-pemain yang memiliki platform teknologi beralih menjadi pemain media. Mereka juga melakukan konsolidasi dari sisi aplikasi atau platform. Yang tadinya hanya berupa media sosial, berubah menjadi chat Apps, search engine, dan video streaming. \"Tekanan itu yang menjadi deflasi di industri ini akan terus terjadi, dan ini tak bisa dielakkan,\" tutur Anin. Kendati banyak tekanan yang menghimpit media nasional saat ini, Anin menyatakan bukan berarti media nasional ini harus menyerah. \"Justru munculnya tantangan ini membuat semua pemain yang ada di dalamnya mencari jalan keluar agar bisnis ini \'sustainable\',\" sebutnya. Pers Berperan Bangun Indonesia Sementara itu, Menkeu RI Sri Mulyani mengatakan pers adalah salah satu pemangku kepentingan dan aktor dominan dalam proses pembangunan bangsa. Di tengah arys informasi yang semakin deras seiring kemajuan teknologi, pers memiliki tugas menyampaikan informasi kredibel dan akurat. \" Selain menyampaikan informasi, pers juga memiliki tugas mencerdaskan masyarakat. Pemerintah menggunakan pers untuk menyalurkan informasi dan mengedukasi serta menyampaikan program-program pembangunan oleh pemerintah,\" sebut Sri Mulyani. Namun pada dasarnya, kata Sri, rakyat Indonesia bertanggung jawab untuk membesarkan bangsa. Termasuk juga insan pers yang menjadi pemegang tongkat estafet dari setiap program yang telah dikerjakan pemerintah. \"Apapun bidang pekerjaan yang kita geluti pada akhirnya tujuan kita adalah sama. Yaitu, membawa Indonesia maju, yang sejahtera adil dan makmur,\" harap Menkeu. Ketua Dewan Pers Indonesia Yosep Adi Prasetyo mengatakan Kemerdekaan Pers sama dengan kebebasan berekspresi dan demokrasi. \"Kebebasan pers diperlukan untuk wujudkan keadilan, keterbukaan, memajukan dan mencerdaskan bangsa,\" sebutnya. Wakil Gubernur Sumbar Naseul Abit mengatakan saat ini hoaks merupakan masalah utama. \"Saya mengimbau membangun pers yang sehat berimbang, membangun, menyejukkan dan tidak menyesatkan masyarakat,\" ajaknya. (ril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: