Melihat Potensi Perputaran Uang di Pasar Dadakan Bima

Melihat Potensi Perputaran Uang di Pasar Dadakan Bima

Area Stadion Bima sudah dikenal luas menjadi pusat pedagang dadakan setiap hari Minggu. Jumlah pedagang di lokasi tersebut, mencapai 600 orang. Mulai dari pedagang makanan, pakaian, aksesoris, hingga penyewaan permainan anak. Perputaran uangnya pun sungguh luar biasa. NOVRILA MAYANG P & JAMAL SUTEJA, Cirebon KERAMAIAN pedagang dadakan di kompleks olahraga Stadion Bima jadi pemandangan tiap akhir pekan. Mereka berjejalan satu sama lain memenuhi lapangan parkir dan jalanan. Jauh sebelum kawasan Bima ramai seperti saat ini, Nurokhmah (42) sudah berjualan tas berbagai ukuran. Menurutnya, baru tiga tahun belakangan pedagang semakin padat. Tapi, Nurokhmah santai saja. Berbagi rezeki katanya. \"Saya sudah jualan di sini dari sebelum Bima ramai kaya gini. Makin ramai pedagang disini yang beli juga malah makin banyak. Sekarang orang datang bukan cuma olahraga, tapi belanja juga,\" tutur Nurokhmah, kepada Radar. Setiap minggu, ia harus bayar Rp4 ribu untuk kebersihan tempat dan lokasi berjualan. Menurutnya harga tersebut cukup murah dibandingkan dengan omzet yang didapat. Untuk itu, ia mengaku, tak begitu permasalahkan soal nominal pungutan kebersihan tersebut. Satu ”angkatan” dengan Nurokhmah, Rudi (31) penjual bantal dan guling mengaku, usahanya cukup terbantu dengan membuka lapak tiap Minggu pagi. Tak sampai seharian, ia bisa meraup keuntungan sampai Rp1 juta. Padahal di hari-hari biasa ia tidak mendapatkan penghasilan sebanyak itu. \"Kalau hari biasa saya jual di toko, tapi omzet yang didapat malah lebih besar kalau jualan mingguan. Apalagi ini kan bantal, rata-rata yang beli ibu-ibu,\" ujarnya. Dengan keuntungan dalam sehari yang didapat, Rudi mengaku tidak keberatan harus membayar uang kebrsihan yang ditarif dari forum setempat. Meski ia tidak tahu jelas forum apa yang dimaksud, menurutnya nilai tersebut cukup murah dibandingkan dengan omzet yang ia dapat. \"Saya jualan jarang buang sampah, tapi ya tetep bayar aja untuk kebersihan,” paparnya. Menjual kuliner Nasi Jamblang, mau tak mau Yani harus ”menyumbang” sampah di area lapaknya. Jamblang Ibu Yani namanya. Wanita asal Desa Jamblang tersebut mengaku tak pernah absen buka lapak setiap pekannya. Menurutnya, berjualan di kawasan Bima cukup menjanjikan. Kalaupun ada lahan untuk berjualan, ia ingin bisa berjualan di kawasan tersebut setiap hari. \"Lumayan jualan di sini, cuma seminggu sekali aja sehari bisa bawa Rp1 juta minimal. Buat tambah-tambah setiap harinya,\" tuturnya. Meski sudah sembilan tahun berjalan, pengelolaan PKL di Stadion Bima seperti luput dari perhatian pemerintah. Badan Pengelola Stadion Bima yang digadang-gadang nantinya bakal mengurus area komersil tak kunjung ada kejelasan. Imbasnya, pengelolaan pasar dadakan Bima, dilakukan swadaya oleh masyarakat dan forum pedagang. Tentu dengan beragam keterbatasannya. Ketua BKI-PKL Kota Cirebon, Suhendi mengakui, Pasar Bima berada dalam pengurusan forum bentukannya. Jumlah pedagang Bima, saat ini mencapai 600 orang. Dari sana bisa terlihat perputaran uang setiap hari Minggu. Apabila dirata-ratakan satu orang pedagang mendapat omzet satu juta. Tinggal dikali 600 Pedagang, perputarannya mencapai Rp600 juta. Tentu saja nilai itu sebatas taksiran. Ia sendiri meyakini bisa lebih dari itu, karena parkir tidak dihitung. Tidak hanya itu, keuntungan pedagang juga diyakini bisa di atas Rp1 juta. “Buktinya tambah ramai, pedagangnya tambah banyak,” katanya. Dikatakan Suhendi, untuk iuran anggota dikenakan kepada setiap pedagang untuk biaya kebersihan dan sebagainya. Hal itu sudah dirapatkan bersama dengan anggota, termasuk apabila ada hal-hal insidentil, seperti ada yang sakit atau lainnya, maka uang kas akan digunakan. \"Kalau parkir itu dishub yang mengelola, tapi yang memperkerjakan dari masyarakat setempat,\" kata Suhendi. Pasar dadakan Bima, kata Suhendi, sudah berjalan sejak sembilan tahun lalu. Sehingga diharapkan kepada Pemerintah Kota Cirebon ikut bisa membina dengan baik. Jangan sampai digusur. \"Bima ini sudah menjadi ikon di Kota Cirebon, dan terkenal. Jadi perlu dibina dengan baik, jangan sampai pedagang digusur,\" jelasnya. Dia juga sudah meminta kepada pedagang untuk menjaga ketertiban, termasuk kebersihan. Pedagang tidak boleh menggunakan fasilitas pemerintah. \"Artinya kembali ke pedagang masing-masing, kita sudah menyampaikan pedagang agar tidak menggunakan fasilitas pemerintah, dan juga menjaga ketertiban dan kebersihan,\" jelasnya. Di lain sisi, pedagang Bima tak keberatan dengan adanya iuran anggota. Diketahui, untuk membuka lapak awal, pedagang dikenakan biaya Rp60 ribu. Sementara untuk biaya karcis saat hari Minggu dikenakan Rp5 ribu/pedagang. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: