2018, Banjir Terparah di Kota Cirebon

2018, Banjir Terparah di Kota Cirebon

CIREBON–Banjir di sejumlah permukiman di Kota Cirebon, disebutkan menjadi yang terparah sepanjang sejarah. Terutama di RT02 RW06 Suradinaya, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi. Permukiman ini memang rawan banjir. Tapi, tidak pernah terendam sampai 2 meter. “Di belakang Hotel Citradream itu yang terparah. Di dalam gang itu bisa sampai 2 meter,” ujar Ketua RT02 RW06 Suradinaya Utara, Rudi Santoso, kepada Radar. Ia menyebut, buruknya drainase, daerah aliran sungai (DAS) dan tanggul yang kritis membuat dampak banjir menjadi lebih parah dari biasanya. Tanggul sudah tak kuat menahan luapan air Sungai Kedung Pane. Sementara betonisasi di Jl Cipto Mangunkusumo juga membuat air tidak bisa mengalir lancar. Permukaan jalan yang menjadi lebih tinggi, membuat kawasan permukiman di belakang Gunungsari Trade Center itu menjadi titik kumpul air. Dari pendataan yang dilakukan, 140 kepala keluarga menjadi korban. Saat banjir terjadi, wanita, anak-anak, dan lansia sempat diungsikan ke lantai II GTC. \"Saat ini bantuan pun sedang dalam proses validasi oleh KPBD (Kantor Penanggulangan Bencana Daerah),\" terangnya. Meski tak ada kerusakan bangunan, namun banjir menyebabkan kerugian harta benda. Apalagi, genangan air baru surut setelah 7 jam. Setelah kejadian tersebut, diakui Rudi, KPBD lebih intensif memantau kondisi warga di RT02 RW06 Suradinaya Utara. Warga juga berusaha mengantisipasi bilamana ada banjir susulan. \"Kalau sudah mendung, warga pun langsung siaga,\" tukasnya. Ketua RW07 Gunungsari Bedeng Batu, Azi Saptaji menyebutkan, di wilayahnya RT 02, 03 dan 04 mengalami dampak paling parah. Air menggenangi permukiman karenakan DAS banyak endapan lumpur. Kontur tanah kawasan tersebut juga lebih rendah, sehingga rawan terjadi banjir. “Kami terkepung air dari Jalan Prakasa Muda, Jl Arya Kemuning, Jl Cipto. Sekitar 1 meter air masuk ke dalam rumah warga,” katanya. Dari pendataan yang dilakukan, korban terdampak ada sekitar 100 KK. Saat banjir mereka diungsikan ke masjid setempat karena bangunannya bertingkat. Dari laporan yang diterima Azi, saat banjir sempat terjadi beberapa kecelakaan lalu lintas. Pasalnya saat air menggenang, batas jalanan terlihat. Banyak masyarakat yang jatuh ke sungai maupun drainase. \"Banyak korban. Saya sudah usulkan untuk diberi bantuan pembatas bantaran tapi belum ada juga,\" ungkapnya. Pantauan Radar, sisa banjir dalam beberapa terakhir membuat jalanan di kawasan itu bergelombang. Jembatan yang menjadi penghubung antar permukiman mulai mengalami retakan. Sementara warga masih berkutat dengan pembersihan bekas banjir baik di dalam rumah maupun mengeringkan perabotan yang terendam. (apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: