Tak Lelah Bergerak, Demi Wujudkan Mimpi Kota Bersih

Tak Lelah Bergerak, Demi Wujudkan Mimpi Kota Bersih

Membantu kemajuan kota, bukan hanya dari segi pembangunan. Bisa juga dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. Itu juga yang menjadi acuan Komunitas Clean The City (CTC) dalam gerakannya. Menjadi relawan bebersih kota, untuk menularkan kesadaran bersama. NOVRILA MAYANG PANGESTI, Cirebon SAMPAH menjadi persoalan nasional. Perilaku sebagian besar masyarakat belum mencerminkan upaya reduce, reuse, recycle. Untuk sekadar bersih saja, kadang masih sulit. Hal itu yang menjadi acuan bagi CTC untuk terus bergerak. Kota yang bersih jadi impiannya. Satu hal yang diyakini, mewujudkan mimpi besar itu tak harus dengan kerumitan. Hal-hal sederhana bisa dilakukan dan memiliki dampak signifikan. Apalagi kalau dilakukan secara bersama-sama dalam lingkup yang luas. Berbekal tekad itu CTC juga membangun gerakan dalam lingkup nasional. Ya, komunitas yang sudah tersebar di lebih dari 50 kota di Indonesia. Tidak sekadar mengkritisi, aksi nyata dilakukan ramai-ramai. “Permasalahan sampah dirasa bukan hanya urusan pemerintah saja. Masyarakat pun punya peran pentingnya,” ujar Ketua CTC Cirebon, Khaeruddin Atmaja, kepada Radar. Dia yakin, bila dikerjakan bersama memungut sampah yang bertebaran di jalanan bisa jadi awal mula terwujudnya kota bersih. Dari sana, menumbuhkan rasa ”gemas” ketika melihat sampah yang berserakan di jalanan. Kemudian berujung pada terwujudnya kesaran individu. Berbasis kesadaran, komunitas ini bergerak tanpa ada paksaan. Anggotanya murni ikut karena panggilan hati. Kehadiran CTC dan komunitas yang peduli terhadap persampahan tentu menjadi angin segar. Di tengah tumpukan sampah plastik yang kian menggunung di mana-mana. \"Ini yang perlu kita cermati. Agenda bersih-bersih ini bukan hanya sekedar memungut sampah. Tapi ada nilai dan pesan moral juga di dalamnya,” kata Khaeruddin. Gerakan langsung memungut sampah itu dilakukan tiap hari minggu di akhir bulan. Meski hanya sekali tiap bulannya, tapi gerakan memungut sampah secara langsung diharapkan bisa jadi penguat kesadaran masyarakat. Buktinya, peserta gerakan ini terus bertambah setiap kali helatan dilakukan. “Kita tidak bisa mengandalkan petugas kebersihan tanpa meningkatkan kesadaran pribadi, nihil rasanya,” tuturnya. Sejak tahun 2015 lalu CTC sudah terbentuk. Komunitas ini berdiri atas dasar keprihatinan sampah yang terus menumpuk dan mencemari lingkuingan. Bila terus dibiarkan, kebiasaan membuang sampah sembarangan ini jadi bahaya. Contoh lain dari keprihatinan akan sampah. Selesai suatu acara misalnya, sampah yang tertinggal di dekat venue tak terhitung lagi jumlahnya. Tersebar, tidak terkontrol. Padahal jelas-jelas tempat sampah sudah disediakan. Artinya, kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya ini yang perlu dikurangi sedikit demi sedikit. Para pelaksana kegiatan khususnya event organizer juga belum menyadari pentingnya pengelolaan sapah di venue. Seringkali pelaksanaan cara yang melibatkan massa tidak memperhatikan alur pembuangan sampah. Bahkan, jarang ditemui event yang secara khusus menyediakan tempat pembuangan sampah dengan kapasitas tong sampah sebanding jumlah massanya. Sampai saat ini komunitas ini masih menargetkan untuk bisa menggandeng 5 ribu orang untuk diajak peduli terhadap kebersihan kota. Bukan hanya di Kota Cirebon, untuk wilayah III Cirebon pun kegiatan serupa itu biasa dilakukan. \"Karena kami ingin kota bersih, caranya dengan bangun kepedulian dengan kebersihan,” ucapnya. Untuk menanamkan kesadaran ini, gerakan pungut sampah dilaksanakan di pusat keramaian dengan kehadiran massa yang besar. Seperti di car free day Jl Siliwangi maupun Stadion Bima. Harapannya, menyebarkan kesadaran masyarakat bahwa CFD bukan hanya menjadi tempat berolahraga, jajan dan jalan pagi. Namun juga ada kontribusi pada kota berupa upaya untuk sama-sama menjaga kebersihan. \"Untuk awal tahun ini, kami sduah melakukan gerakan bersih-bersih kota di tanggal 28 Januari, 25 Februari dan agenda di bulan Maret pada tanggal 16 nanti,\" pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: