Penataan PKL Tak Dilanjut, Disdagkop-UKM Berhenti Membangun Selter

Penataan PKL Tak Dilanjut, Disdagkop-UKM Berhenti Membangun Selter

CIREBON–Upaya penataan pedagang kaki lima (PKL) bakal jalan di tempat. Setelah membangun tiga selter, tahun ini Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disdagkop-UKM) tidak lagi mengalokasikan anggaran untuk pembangunan selter. Kabid UMKM Disdagkop-UKM Saefudin Jupri mengungkapkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hilangnya anggaran tersebut. Salah satunya, anggaran untuk dinas secara keseluruhan memang ada pengurangan. “Tidak ada anggaran, jadi tidak ada pembangunan selter lagi,” ujar Jupri kepada Radar. Kabarnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga sedang ada pemeriksaan terkait dengan pembangunan Selter Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Stadion Bima dan Jl Siliwangi (samping Bank BJB). Jupri membenarkan pemeriksaan ini.  “Kami sedang diminta penjelasan oleh BPK tentang pembangunan selter mulai dari Cipto, Bima dan samping Bank BJB,” katanya. Meski tidak ter-cover dalam anggaran tahun ini, namun Jupri berharap banyak pembangunan selter tidak berhenti. Ia berharap perusahaan maupun badan usaha milik negara (BUMN) melalui program corporate social responsibility (CSR). Sejauh ini, baru satu selter yang pembangunannya dibiayai penuh oleh swasta yakni di Cirebon Super Block (CSB) Mall. Pendanaan dari CSR juga diterapkan pada selter Jl Cipto Mk. Rencananya ada perusahaan minuman yang akan menggarap peninggian atap. Kemudian melengkapi fasilitas seperti musala, air, dan perlengkapan lainnya. “Kita masih menunggu, karena perusahaan swasta sudah menyatakan kesiapannya untuk membantu penyempurnaan selter,” tuturnya. Di lain pihak, berhentinya pembangunan selter membuat upaya penataan PKL diprediksi bakal mandek. Setelah memberlakukan konsep penataan dengan relokasi ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) hanya menindak pedagang yang sudah kebagian selter. Kepala Bidang Ketentraman Masyarakat dan Ketertiban Umum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Yuki Maulana mengaku, akan berkoordinasi dengan dinas terkait dalam upaya penertiban. Salah satu lokasi yang menjadi perhatian ialah kawasan Stadion Bima. “Munculnya PKL membuat Kawasan Bima kembali kumuh dan mengganggu aktivitas masyarakat,” ujar Yudi. Pantauan Radar, kawasan Bima kini kembali dipadati dengan aktivitas PKL. Kebanyakan mereka membawa gerobak dan membuka lapak lesehan. Mau tidak mau PKL yang sudah masuk ke selter juga membuka lapak lesehan. Meski mengetahui cara ini melanggar aturan, namun pedagang tidak punya pilihan lain. Alasannya, omzet turun drastis sampai 50 persennya sejak pindahan. Kondisi serupa juga terlihat di Selter Alun-alun Kejaksan. Beberapa pedagang memilih membawa gerobak untuk berjualan di Jl Siliwangi. Alasannya, akses ke lapak mereka tidak terlalu baik sehingga pembeli juga jarang  yang masuk. Khususnya pedagang dengan lapak di ujung selter. (abd/mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: