Belajar sejak Usia 3 Tahun, Dapat Umrah Gratis dari Jamaah

Belajar sejak Usia 3 Tahun, Dapat Umrah Gratis dari Jamaah

Aisyah Putri Mulyana. Anak pertama dari dua bersaudara itu sejak kecil sudah menghafal Alquran. Dia merupakan anak seorang mualaf dan mantan pendeta. JAMAL SUTEJA, Cirebon AISYAH tampil mantap saat ikut melantunkan hafalan Quran di depan juri dan penonton. Ketika itu dia sedang tampil dalam perlombaan tahfiz Alquran tingkat sekolah dasar se-Kota Cirebon di SMPN 1 Cirebon. Bersaing dengan 100 peserta lain, anak usia 7 tahun yang duduk di kelas dua SDIT Assunah Cirebon itu jadi peserta termuda. Hasilnya, dia meraih juara ketiga. Lomba itu merupakan yang pertama yang diikuti Aisyah. Sebenarnya sejak usia tiga tahun dia sudah belajar menghafal Alquran. Aisyah merupakan anak dari mualaf dan juga mantan pendeta, Yudi Muljana. Yudi kini sudah menjadi penceramah di berbagai daerah, hingga ke luar negeri. Yudi sedikit berbagi kepada para orang tua yang ingin memiliki anak salih dan salihah. Memiliki anak salih dan salihah, kata dia, bukan tanpa perencanaan. “Bahkan dimulai (perencanaan, red) dari proses hubungan suami istri. Harus salat dua rakaat dulu dan ada bacaan khusus,” kata Yudi ditemani Aisyah saat dijumpai Radar di kediaman mereka di Taman Kota Ciperna, Minggu (4/3). Setelah itu, saat istrinya hamil, selalu mengaji Alquran dan belajar untuk salat tepat waktu. Di situlah, ada pendidikan kepada anak di dalam kandungan. Karena ketika usia kandungan empat bulan, embrio anak sudah memiliki ruh, sehingga bisa mendengar. Termasuk ketika lahir, diperdengarkan azan oleh ayahnya. Aisyah sendiri dari umur enam bulan bersama ibunya selalu mengikuti sang ayah mengisi ceramah. Aisyah rupanya tak rewel. Dengan tenang dia mendengarkan ayahnya mengisi ceramah. “Jadi di usia 0-2 tahun itu grafik kecerdasan 90 persen meningkat. Dia merekam luar biasa dalam ingatannya. Belajar bukan membaca, tapi belajar apa yang dia lihat dan dengar dari lingkungannya,” kata Yudi. Setelah usia masuk tiga tahun, barulah Aisyah belajar mengaji. Dia mulai mengenal huruf-huruf hijaiyah dan belajar iqra. Itu setelah dia melihat banyak orang mengaji di rumahnya. “Sempat ada omongan orang yang merasa terlalu cepat dan dipaksakan anak sekecil itu belajar mengaji. Sebenarnya anak usia seperti itu bisa belajar. Itu masuk usia emas. Tapi karena masa peka belajar anak berbeda. Masuk ke dalam peka belajar, dan belajar itu bisa sambil bermain,” ujarnya. Di tahun yang sama, Aisyah sudah mulai menghafal surat-surat pendek. Dari situ juga kemudian dikenalkan belajar salat. Sejak umur empat tahun Aisyah sudah mulai serius belajar salat. Apalagi setelah dirinya masuk TK Kober Aisyiyah. Belajar hafalan Quran dan salatnya semakin matang. Setelah belajar di TK Kober Aisyiyah, masuk ke TK A di Smart Auladi. Di sana dia, belajar bahasa Inggris. “Makanya sekarang kalau bicara juga campur pakai bahasa Inggris juga. Tapi hafalan Quran itu tetap yang utama,” sebut Yudi. Ketika hafalan sudah semakin bagus, Aisyah kemudian masuk ke TK B di Assunah Cirebon. Di sini Aisyah sudah melakukan belajar agama menjadi pembiasaan. Sampai-sampai dia ingin belajar ngaji secara khusus di kelas tahfiz. Semangat Aisyah memang luar biasa. Karena kelas tahfiz ini dia harus masuk sekolah lebih pagi. Masuk jam enam pagi, pulang ke rumah jam empat sore. “Di rumah bakda Magrib dia murajaah, karena saya sendiri tidak mengandalkan sekolah. Jadi di rumah diulang lagi hafalannya,” kata Yudi. Yang membuat haru, saat kelas 1 SD Aisyah sudah bisa menitikkan air mata saat salat. Yudi sendiri yang melihatnya saat itu terheran dan menanyakan hal tersebut. Saat ditanya, kenapa menangis, Aisyah menjawab, “Aisyah takut tidak disayang sama Allah,” jawab Aisyah kala itu. Apalagi saat usianya masuk 7 tahun. Saat ulang tahun ketujuh, Aisyah sudah berani berpikir di luar anak seumurnya. Dia meminta agar tak usah memberinya uang jajan. Karena dia ingin menabung untuk biaya umrah. “Karena saya memang tidak memiliki biaya, saya hanya bilang agar berdoa. Dan dia lakukan, lalu diijabah. Aisyah diajak umrah oleh jamaah saya pada bulan Syaban 2017 (Mei 2017, red). Saya tidak keluar uang serupiah pun,” ujarnya. Yudi sendiri sebenarnya selalu menanamkan kepada anak untuk menjadi ahli surga. Tak pernah memiliki target secara khusus untuk memaksa anaknya tersebut menghafal Alquran. Termasuk juga soal cita-cita. Aisyah sendiri punya cita-cita ingin menjadi dokter, namun sekarang dia seorang hafiz. “Saya sendiri tidak pernah punya cita-cita menang lomba. Yang penting menanamkan anak ini menjadi ahli surga,” kata Yudi yang sehari-hari juga tercatat sebagai pegawai Kantor Kemenag Kota Cirebon itu. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: