Kredit Nganggur Rp 1.400 Triliun
PENGAMAT ekonomi Indef Bhima Yudhistira menuturkan, rendahnya pertumbuhan kredit bukan sepenuhnya kesalahan pihak bank. Dia menguraikan, perbankan biasanya bersifat pro cyclical. Artinya, ketika siklus ekonomi menurun, penyaluran kredit juga pasti rendah. Di sisi lain, bank harus memerhatikan risiko alias NPL yang ada. Karena itu, Bhima menyatakan, bank tidak mencari aman terkait dengan rendahnya pertumbuhan kredit saat ini. “Tidak mungkin bank jor-joran memberi kredit ketika sektor riilnya hanya tumbuh 5 persen,” jelasnya ketika dihubungi kemarin. Dia melanjutkan, saat ini jumlah kredit yang tidak tersalurkan atau undisbursed loan lebih dari Rp 1.400 triliun. Hal tersebut lebih disebabkan masih lemahnya demand untuk kredit baru dari pelaku usaha. Sebab, mereka melihat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang stagnan di angka 4,9 persen. “Indeks penjualan riil Januari kemarin justru anjlok 1,8 persen. Pembelian durable goods atau barang tahan lama seperti perlengkapan rumah tangga menurun. Jadi, pelaku usaha tidak berani mengambil kredit baru,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: