Menghitung Dosa Arifin C Noer

Menghitung Dosa Arifin C Noer

SEBERAPA banyak dosa Arifin C Noer bisa dikuliti dan dikumpulkan para pelaku teater Cirebon? Siapa pula yang memiliki hak dan dibebani kewajiban untuk menghitung dosa-dosa itu? Sementara tidak pernah ada kesepakatan antara Cirebon dengan Arifin atau dengan siapa pun soal tanggung jawab kreatif dan moral individual. Termasuk ketika Ngopi Sabtu Malam #4 Komunitas Sastra Lingkar Jenar mengambil judul obrolannya: Arifin C Noer dan Karut-Marut Teater Cirebon Hari Ini di Mubtada Coffee Enthusiast (24/03/2018). Diskusi dibuka dengan pertunjukan improvisasi satu babak naskah Kapai-Kapai karya Arifin C Noer. Dialog tokoh Emak dan Abu tentang Cermin Tipu Daya, seolah menjadi semiotika bagi realitas kehidupan teater di Cirebon. Penanda ketidakjujuran, perilaku tidak fair, mental oportunis, menolak intelektualitas, dan mengabaikan penempuhan proses spiritual. Fakta ini pula yang menjadi kegelisahan Ojol Imam Sanusy sebagai pemantik diskusi. Betapa teater kampus Cirebon masih tersengal untuk menjaga dan mempertahankan dirinya. Tidak ada rumusan metode berlatih dan tindakan kreatif yang bisa dijadikan parameter kebaruan dan progresivitas. Teater independen (luar kampus) juga setali tiga uang. Tidak ada akar, nalar, dialektika, dan penghargaan terhadap intelektualitas yang dijadikan basis sikap dan pikiran. Pentas dan memperebutkan penonton dadakan, faktanya, menjadi tujuan akhir bagi hampir seluruh pelaku teater di Cirebon. Perilaku teaterawan Cirebon seakan menjadi negasi dari apa yang dilakukan dramawan di dalam maupun di luar negeri. Mereka menuliskan gagasannya. Ojol mempertemukan gagasan Arifin dan kondisi teater Cirebon hari ini. Arifin yang besar di luar Cirebon seolah tidak memiliki korelasi apa pun dengan pertumbuhan teater di tanah kelahirannya. Arifin dianggap sekadar monumen dan pelaku teater di Cirebon tetap saja bebal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: