Pemuda Ansor dan Banser Konsolidasi

Pemuda Ansor dan Banser Konsolidasi

SUMBER– Jelang pelantikan, Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP Ansor) Kabupaten Cirebon menyelenggarakan silaturahmi dengan seluruh kader Ansor se-Kabupaten Cirebon, Banser dan para senior Ansor di NU Center Sumber, Jumat sore (18/1). Hadir pada kesempatan itu Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon HM Fariz Elt Haque Fuad Hasyim, mantan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon 1996-2004 KH Abdul Hayi Imam MAg, mantan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon 2008-2012 Nuruzzaman MSi dan mantan Dansatkorcab Banser Kabupaten Cirebon 1992-1996 Mashuri Ismail. Dalam sambutannya, Kang Fariz- sapaan akrab HM Fariz Elt Haque Fuad Hasyim- mengatakan bahwa tujuan diadakannya silaturahmi adalah menyatukan seluruh kader Ansor dan Banser demi membela nama besar NU dan melindungi para kiai. “Kita berkumpul di sini untuk menyatukan visi dan misi organisasi serta mengawal faham Ahlussunnah Waljamaah,” katanya. Kemudian, KH Abdul Hayi Imam MAg dalam ceramahnya menjelaskan bahwa, sejak didirikan oleh para pemuda NU, GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang berbasis pedesaan, namun tetap menerapkan menejerial organisasi yang modern dan profesional. “Gerakan Ansor bersifat kepemudaan, kemasyarakatan dan keagamaan yang berwatak kerakyatan,” jelasnya. Kemudian, Ansor pun harus mempunyai daya kritis terhadap dinamika bangsa ini. Sebab, selama ini ia melihat daya kritis pemuda Ansor kalah habis dengan pemuda yang berkemampuan tanggung dan hanya mengandalkan akses ke elit tertentu. Kemudian, hilangnya daya kritis ini disebabkan oleh arus ekonomi yang sangat kuat dan memposisikan pelaku ekonomi memiliki akses langsung ke pos-pos politik. “Idealisme dan kemadirian GP Ansor tergantikan oleh sikap pragmatis  dan ketergatungan. Solidaritas sosial di kalangan pemuda Ansor pun melemah dan dikalahkan oleh kepentingan membangun akses ke atas (elit politik dan kekuasaan),” tegasnya. Oleh karena itu, melihat basis pemuda Ansor yang cukup besar dan tersebar di seluruh lapisan masyarakat, setidaknya Ansor harus membangun beberapa dimensi, yakni membangun dimensi kemandirian, kemitraan, keberpihakan kepada rakyat dan membangun daya (mental). “Sebagai organisasi kepemudaan, Ansor harus menjadi yang terdepan dalam keikutsertaannya membangun bangsa dan negara ini,” paparnya. Sementara, Mashuri Ismail meminta kepada seluruh kader GP Ansor dan Banser Kabupaten Cirebon untuk bersama-sama membangun ukhuwah dalam rangka mengamankan faham Ahlusunnah Waljamaah. Sebab, Banser adalah bagian dari GP Ansor dan NU. Karena NU adalah bidan yang melahirkan keduanya. “Banser adalah Ansor dan Ansor adalah Banser,”singkatnya. Perlu diketahui, ajang silaturahmi ini sebenarnya merupakan media konsolidasi antara pengurus PC GP Ansor Kabupaten Cirebon dengan Banser yang masih setia mendukung Abdurahman (salah satu calon ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon). Oleh sebab itu, sebelum acara tersebut ditutup, sejumlah kader Banser meminta sikap dari Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon dalam menyikapi keretakan hubungan GP Ansor dengan Banser pasca pelaksanaan muscab beberapa bulan yang lalu. “Kami minta dalam pertemuan ini dicarikan solusinya agar tidak ada buruk sangka di antara kita semua,” ujar salah seorang kader Banser. Ketegangan itu mereda setelah mantan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon 2008-2012 Nuruzzaman MSi menyampaikan beberapa kabar gembira. Dikatakan, setelah melalui lobi-lobi yang panjang, akhirnya Abdurahman terpilih sebagai pengurus Banser tingkat nasional. Tentu hal ini sangat berdampak positif bagi kedudukan Banser dan GP Ansor Kabupaten Cirebon, karena punya wakil di tingkat pusat. “Ini prestasi yang sangat luar biasa dan mudah-mudahan ini awal yang baik bagi kita semua,” pungkasnya. (jun)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: