Jalur Alternatif Makin Padat

Jalur Alternatif Makin Padat

Macet Oleh Empat Pasar Tradisional CIREBON - Kepadatan pemudik pada arus balik tahun ini mulai terlihat pada H+3 Lebaran kemarin (13/9). Bukan hanya ruas pantura yang dipenuhi sepeda motor, mobil pribadi, dan angkutan Lebaran, jalur alternatif juga sudah mulai dipergunakan para pemudik. Khususnya jalur sepi dan mengarah ke pantura. Jalur alternatif di kawasan Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon misalnya. Volume kendaraan mulai meningkat dari 5-10 kendaraan menjadi 15-20 per menit. Pantauan Radar kemarin, di Pasar Pabuaran Kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon terjadi kemacetan lalu lintas sejak pukul 09.00-15.00 WIB. Selain oleh sepeda motor, ada juga kendaraan pribadi yang melewati jalur alternatif, termasuk aktifitas pasar di Pabuaran. Banyaknya pemudik terlihat di jalur Kalipasung Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon, sepanjang jalan Desa Pabedilan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon, serta di jalan Ciledug dari arah Losari. Salahsatu pemudik dari Salatiga yang hendak ke Jakarta, Suhendi mengatakan, dia sudah memprediksi puncak arus balik pada H+3 kemarin. “Hari kerja kan Selasa (hari ini, red). Pasti arus balik puncaknya terjadi pada hari Senin,” ujarnya. Bersama Nia Herlina dan putranya, Rea, Suhendi mengaku tidak keberatan menggunakan jalur alternatif. Di pun bersyukur bila tidak terjadi kemacetan di jalur alternatif. “Selain lebih cepat, biasanya jalur alternatif sangat sepi dari pemudik,” katanya. Sementara itu, pemudik lainnya, Didin Masluhudin mengakui kalau jalur alternatif sangat membantu para pemudik. Menurutnya, keluhan macet yang dialami para pemudik akan berkurang. “Sudah biasanya kami dan keluarga melewati jalur alternatif. Selain cepat sampai, juga lebih aman,” tuturnya. PASAR TRASDISIONAL Karena banyaknya, jalur alternatif Ciledug-Sindanglaut-Kanciter sempat macet di empat pasar tradisional yang berada di lintasan jalur tersebut. Empat titik tersebut berada di Pasar Ciledug, Pasar Pabuaran, Pasar Karangsembung dan Pasar Lemahabang. Kemacetan tidak bisa dihindarkan karena ada aktivitas pasar ditambah hilir mudik penduduk setempat yang hendak bersilaturahmi dengan sanak keluarga, kendaraan bak terbuka yang mengangkut orang yang hendak berekreasi serta parkir sembarangan kendaraan umum. Dari empat titik kemecetan tersebut yang terparah terjadi di Pasar Pabuaran dan Pasar Lemahabang. Di Pasar Pabuaran kendaraan yang berasal dari empat jalur berlawanan semuanya bertemu di satu titik perempatan, sehingga memperlambat laju kendaraan, karena tiap kendaraan harus satu-satu untuk dapat melintasi kawasan tersebut. Ditambah penyempitan jalan yang berada di sebelah Selatan dan Timur karena para pedagang menggelar dagangannya hingga bahu jalan. Kemacetan panjang beberapa kilometer tak bisa terelakkan, dari arah Barat kemacetan hingga Balaidesa Cikulak, Kecamatan Waled, dari arah Timur kemacetan hingga Pasar Sayur Pabuaranwetan dan dari arah Selatan kemacetan hingga mendekati BRSUD Waled. Sementara dari arah Utara kemacetan hingga rel kereta api. Sementara itu, di Pasar Lemahabang kemacetan disebabkan membeludaknya para pedagang hingga ke bahu jalan karena hari pasaran di tambah antrean kendaraan umum yang sedang menunggu penumpang. Kemacetan tersebut hingga pertigaan Cipuejeuh yang berjarak sekitar satu kilometer. Dari pantauan Radar, tak ada satu petugas pun yang mengatur arus lalu lintas di titik-titik rawan macet tersebut, sehingga para pengendara seenaknya menerobos jalan. Bahkan, beberapa kali hendak menimbulkan kecelakaan. Menurut salah satu pemudik asal Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Budianto (25) kemecetan ini bisa dihindari kalau lalu lintas penduduk dialihkan atau sebaliknya lalu lintas pemudik dialihkan ke jalur lain.  Kemacetan mulai bisa diatasi setelah aktivitas pasar mulai berkurang. (mid/jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: