Setiap Hari, Tiga Juta Popok Bekas Pakai Bayi Banjiri Sungai Brantas
Ketidakhadiran pemerintah dalam pengelolaan sungai menyebabkan kerusakan lingkungan serius. Sebanyak 50% bahan baku penyusun popok adalah plastik, juga absorben, gel, pelembut, phtalat, pewangi dan pemutih dikategorikan senyawa pengganggu hormon. Dampaknya, terjadi penyimpangan ekosistem perairan berupa dominasi ikan betina (80%). Penelitian Universitas Brawijaya tahun 2013 menunjukkan, 25% ikan bader di Kali Mas Surabaya di hilir Brantas mengalami intersex. Ancaman lain karena air Kali Brantas jadi bahan baku PDAM Surabaya, Gresik, Sidoarjo dan tumpuan irigasi pertanian yang mendukung 20% stok pangan nasional. Dalam kajian Ecoton, setidaknya ada tiga juta popok bekas pakai bayi yang tinggal di sekitar aliran Sungai Brantas setiap hari. Popok dengan feses yang mengandung bakteri E-coli mengendap di sungai yang digunakan minimal 6 juta warga sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari. “Kami ingin Jakarta (pemerintah pusat) mendengar. Sungai ini sungai nasional di mana 45% penduduk Jawa Timur tinggal di daerah aliran sungai Brantas. Kami ingin Brantas juga jadi prioritas, nggak hanya Citarum. Kami butuh dukungan pusat,” kata Direktur Ecoton, Prigi Arisandi dikutip radarcirebon.com dari laman Mongabay (8/4) Prigi mengatakan, kondisi pencemaran karena sampah popok tak hanya terjadi di Brantas. Hampir semua sungai di Indonesia alami kondisi ini. Survei Ecoton pada Juli tahun lalu menemukan setiap bayi bawha lima tahun gunakan empat hingga 9 popok perhari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 mencatat 750.000 bayi tinggal di DAS Brantas. “Karena ada mitos suleten, yang percaya jika membakar atau membuang popok ke tempat sampah maka anaknya akan kena ruam atau iritasi kulit, sebagian besar warga membuang popok ke badan air biar adem.” Tak heran, katanya, riset World Bank tahun lalu menunjukkan komposisi sampah di laut didominasi sampah organik (44%), popok atau diapers (21%), tas kresek atau plastik (16%), sampah lain (9%), pembungkus plastik (5%), beling kaca, metal (4%), botol plastik (1%). “Popok menempati urutan kedua sampah terbanyak di laut.” Ecoton juga membentuk Brigade Evakuasi Popok (BEP) untuk mengurangi sampah popok di Kali Brantas. Evakuasi BEP pada 16 kota dan kabupaten yang dilewati aliran Sungai Brantas, mulai Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kota Blitar. Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung. Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk, Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang. Hasilnya, menegaskan Sungai Brantas sebagai tempat pembuangan sampah popok. Selain popok bayi(98%) juga popok dewasa (1,9%), sisanya pembalut perempuan. “Sampah popok yang berhasil dievakuasi BEP masih banyak tertempel feses. Seharusnya sebelum dibuang, kotoran bayi ini dibuang dalam septic tank,” kata Prigi. (Mongabay/wb)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: