Mengapa Menggugat Boedi Oetomo?

Mengapa Menggugat Boedi Oetomo?

“Boedi Oetomo tetap merupakan organisasi kesukuan (Jawa), sehingga kurang tepat bila kelahirannya dianggap sebagai kebangkitan nasional Indonesia. Sebab kebangkitan nasional Indonesia sudah dimulai dua tahun sebelumnya melalui kelahiran organisasi Sarekat Priyayi dengan tokoh utamanya R.M. Tirtoadisuryo.” (Pramoedya Ananta Toer). “BO tidak memiliki andil sedikit pun unuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” ( KH. Firdaus AN.) “Memang Boedi Oetomo belum mempunyai ukuran nasional Indonesia. Akan tetapi bangun dan berdirinya Boedi Oetomo telah memicu perkembangan hebat dalam masyarakat bangsa Indonesia yang mempunyai sifat nasional. Terangsanglah para pemuda daerah untuk membentuk perkumpulannya seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon. Kemudian mereka sadari bahwa akan lebih bermanfaat kalau mereka bersatu menjadi Pemuda Indonesia. Untuk itu mereka dalam Kongres Nasional Pemuda di Solo pada tanggal 28 Oktober 1928 menyatakan Sumpah Pemuda. Dalam sumpah itu mereka mengakui bahwa bertumpah darah satu, yaitu Tanah Indonesia, berbangsa satu, Bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Makin nyata perjuangan bangsa Indonesia untuk memperbaiki nasibnya. Ini semua adalah akibat rangsangan yang bersumber pada berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Oleh sebab itu tepatlah untuk menetapkan tanggal itu sebagai Hari Kebangkitan Nasional”. (sayidiman.suryohadiprojo) Sejarah merupakah sebuah fenomena peradaban manusia yang unik, dengan adanya sejarah kita bisa menguak tabir masa lalu, namun sejarah juga bisa melahirkan kontroversi dan perdebatan panjang. Pada dasarnya, sejarah merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang benar terjadi, bersifat mutlak. Namun, kemudian ia akan menjadi relatif bila dilihat dari berbagai sisi dan sudut pandang. Singkatnya, kejadian itu sendiri bersifat absolut, tapi setelah ditangkap dan sampai pada manusia kejadian itu kemudian menjadi relatif. Dengan demikian, kebenaran sejarah merupakan kebenaran relatif. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam perdebatan dan kontroversi. Sejarah konvensional yang menjadi pegangan umum harus rela untuk direkonstruksi begitu ditemukan bukti baru. Maka tidak heran hingga detik ini telah muncul banyak versi sejarah. Sejarah bukanlah fenomena yang hanya mengakui hitam-putih, panjang-pendek, banyak warna dan ukuran yang menghiasinya. Namun, selama tidak mengandung bias dan tidak untuk kepentingan kekuasaan, versi-versi sejarah tetap memberikan nilai yang berarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: