Neraca Dagang Bisa Anjlok Lagi, Ini Sebabnya

Neraca Dagang Bisa Anjlok Lagi, Ini Sebabnya

JAKARTA - Performa negatif neraca dagang diperkirakan berlanjut. Sepanjang periode Januari–April, neraca tercatat mengalami defisit sebanyak tiga kali. Hanya pada Maret neraca mengalami surplus. Bahkan, defisit pada April cukup besar, yakni di angka USD 1,63 miliar. Direktur Penelitian CORE Indonesia Mohammad Faisal menyatakan, potensi defisit pada Mei dipicu tekanan dari impor barang konsumsi menjelang Lebaran. “Mei ini masih berpotensi defisit meski tidak sebesar pada April lalu. Faktor pendorongnya adalah peningkatan impor barang konsumsi saat Ramadan dan antisipasi Lebaran, termasuk impor bahan pangan dan impor minyak,” jelasnya. Di sisi lain, ucap Faisal, ekspor nonmigas tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, ekspor batu bara dan minyak sawit cenderung melemah. ”Itu terjadi karena penurunan harga walaupun hanya marginal di pasar dunia. Tapi, ini tetap harus menjadi perhatian,” ucapnya. Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Alexander Sugandi juga memproyeksikan neraca dagang Mei kembali defisit. Dia meyakini terjadi kenaikan impor pada bulan lalu, khususnya impor barang konsumsi untuk kebutuhan selama Ramadan dan menjelang Lebaran. Untuk ekspor, kemungkinan terjadi peningkatan, namun tidak besar. ”Mungkin masih defisit ya karena impor naik. Ekspor mungkin naik, antara lain, karena kenaikan harga minyak,” ucapnya kepada Jawa Pos, kemarin (20/6). Pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira memprediksikan neraca perdagangan Mei mengalami defisit USD 800 juta sampai USD 1 miliar. Dia mengungkapkan, menjelang Lebaran, secara musiman, impor barang konsumsi cenderung naik. Selain itu, harga minyak Indonesia pada Mei sudah lebih dari USD 70 per barel. Itu membuat defisit migas melebar. Bhima menambahkan, pemerintah harus mulai mewaspadai sejumlah dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang makin memanas. Perang dagang tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja neraca dagang Indonesia pada semester kedua ini. Dia menjelaskan, efek langsung perang dagang itu, beberapa ekspor komoditas unggulan seperti CPO, karet, dan tekstil berpotensi anjlok. Jika perang dagang tersebut berlanjut, dua negara itudikhawatirkan mengurangi pasokan bahan bakunya. “Posisi Indonesia sebagai pemasok komoditas mentah pasti langsung terkena imbasnya,” tuturnya. (ken/c20/fal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: