Tak Ada Raskin, Bulog Kebingungan, Ini Sebabnya

Tak Ada Raskin, Bulog Kebingungan, Ini Sebabnya

INDRAMAYU – Bulog Sub Divre Indramayu kebingungan menyalurkan beras yang dimiliki. Hal ini terjadi setelah tidak ada lagi program beras untuk warga miskin (raskin) atau rastra dari pemerintah pusat.  Padahal alokasi raskin untuk Indramayu lumayan besar yaitu mencapai 2.610 ton per bulan. “Setelah tidak ada raskin, stok kami menumpuk. Bayangkan saja, biasanya kita keluarkan di  atas 2500 ton per bulan untuk raskin, tapi sekarang tidak,” ungkap Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, Anwar Kurniawan. Dikatakan, saat ini stok beras di gudang Bulog Indramayu mencapai 24.000 ton lebih. Umur beras tersebut sudah 4 bulan. Jika terlalu lama disimpan dikhawatirkan kualitas beras akan berubah meskipun perawatan terus diberikan. Hal itulah yang mesti diketahui oleh para mitra-mitra bulog. Anwar mengatakan, bulog bukannya tak mau terus menyerap beras dari para mitra. Dikhawatirkan nantinya bulog kebingungan mengirim beras ke mana. Untuk itu saat ini bulog memang belum mau kembali menyerap gabah dari para petani. Alasannya harga yang ditawarkan jauh dari harga pembelian pemerintah yang hanya Rp3.700 saja. Menurutnya sah-sah saja para petani menjual gabah kepada para tengkulak karena tingginya harga. Bulog kata dia akan turun ke lapangan jika harga gabah petani jatuh dan kesulitan untuk menjualnya. “Pemerintah mestinya harus ikut memberikan solusi atas permasalahan ini,” ujar Anwar. Anwar mengatakan, Bulog Indramayu sebenarnya telah berupaya mengirimkan beras ke sejumlah tempat. Di antaranya ke Bandung, DKI, Lampung, Medan hingga Aceh, dengan total mencapai 4.700 ton. Namun hal ini masih belum cukup memberi solusi. Anwar juga mengakui kalau varietas beras asal Indramayu kurang begitu diminati oleh daerah lain. Untuk itu, ia juga akan mencoba menawarkan beras yang ada ke luar pulau Jawa seperti Sumatera dan Kalimantan. Bulog Sub Divre Kabupaten Indramayu saat ini belum berencana kembali menyerap gabah. Tingginya harga gabah merupakan salah satu faktornya. Saat ini bulog lebih memilih menyerap beras dibandingkan gabah. “Saat ini kami menyerap beras, bukan gabah,” tuturnya. Target penyerapan Bulog Indramayu tahun ini juga turun menjadi 84.000 ton. Menurutnya, penyerapan gabah akan kembali dilakukan jika harga gabah di pasaran memungkinkan. “Saat ini harga gabah masih belum masuk akal, sehingga kami memilih menyerap beras. Meski demikian tetap membuka peluang untuk menyerap gabah,” ujarnya. Sementara Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan (KTNA) Indramayu Sutatang mengatakan, harga gabah saat ini bervariasi mulai dari Rp 4.500 hingga Rp 5.000/kg. Tatang membenarkan kalau para petani lebih memilih menjual gabah kepada para tengkulak, karena harganya lebih tinggi. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: