Bendungan Karet Jebol, Ganggu Layanan PDAM

Bendungan Karet Jebol, Ganggu Layanan PDAM

CIREBON - Lokasi bendung karet yang jebol di Kabupaten Cirebon, ternyata tidak hanya terjadi di Desa Tawangsari. Bendung karet lainnya yang ada di Desa Sambeng, Kecamatan Gunung Jati juga dalam kondisi yang sama. Dampak dari jebolnya dua bendung karet tersebut, ribuan pelanggan PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon di wilayah kerja Water Treatment Plant (WTP) Tawangsari dan Babadan Gunung Jati, di waktu-waktu tertentu harus menerima pasokan air dengan kualitas tidak maksimal. Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PDAM Tirta Jati, Suharyadi saat ditemui Radar, kemarin. Suharyadi yang Selasa (3/7) lalu bersama rombongan dari PDAM, berkunjung langsung ke dua titik bendung karet yang sudah bermasalah setahun terakhir. “Kondisi yang ada saat ini, dua bendungan karet yang air bakunya digunakan untuk air baku PDAM, dalam kondisi bocor dan jebol. Air laut melimpas masuk dan membuat operasional PDAM tidak maksimal. Kita sering sekali dapat keluhan dari pelanggan tentang kualitas air yang di bawah rata-rata, akibat jebolnya bendungan karet ini,” ujar Suharyadi. Namun demikian, kondisi tersebut diakui Suharyadi tidak selalu terjadi sepanjang waktu. Hanya pada saat air laut pasang saja, dimana air laut masuk melewati bendungan karet yang jebol, kemudian terhisap pompa intake dan terbawa ke dalam rumah pengolahan milik PDAM. “Sebenarnya tidak terlalu berbeda. Masih dalam tahapan layak konsumsi. Hanya saja, air ini menjadi cenderung payau, karena ada percampuran air tawar dan air asin. Jadi, airnya sedikit ada rasanya, agak asin,” imbuhnya. Pihaknya sebenarnya tidak tinggal diam. Beberapa kali PDAM sudah berkomunikasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, agar segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk penanganan bendungan karet yang jebol tersebut. “Terakhir kita kirim surat setelah Lebaran kemarin. Kita sampaikan agar segera dilakukan penanganan segera, baik sementara ataupun permanen. Sehingga kondisi tersebut tidak mengganggu pelayanan kepada masyarakat,” jelasnya. Saat ini, menurut Suharyadi, ada ribuan pelanggan yang terdampak kondisi tersebut. Sekitar 1.000 pelanggan dari WTP Babadan dan sekitar 700 pelanggan dari WTP Tawangsari, Losari. Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat masuknya air asin ke rumah pengolahan air bersih, Suharyadi sudah menginstruksikan untuk tidak mengambil air saat kondisi laut pasang tinggi. “Untuk operasional tentu kondisi ini berpengaruh. Untuk WTP Losari setiap harinya kita operasikan 18 jam. Karena memang pelanggan juga masih sedikit. Sedangkan untuk STP Gunung Jati kita operasikan 24 jam, hanya saja di waktu-waktu air laut pasang tidak kita operasikan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya. Sementara itu, bendungan karet di Sungai Cisanggarung yang jebol sejak setahun terakhir, hingga saat ini masih belum diperbaiki. Penambalan yang dilakukan masyarakat secara swadaya pun, kurang maksimal karena kekurangan banyak material. Hal tersebut dikatakan Kuwu Desa Tawangsari, Kecamatan Losari, Saerofik saat ditemui Radar, kemarin. Dijelaskannya, sampai saat ini proses penambalan menggunakan karung berisi tanah masih terus dilakukan. “Prosesnya masih berjalan dan memang belum selesai, baru 1/3 bagian yang sudah selesai dibendung. Sisanya belum karena menunggu material, kita kekurangan karung,” papar Saerofik. Selain material karung, warga juga tidak bisa melakukan kerja bakti setiap hari. Kerja bakti umumnya menunggu warga yang didominasi para petani tersebut selesai dengan pekerjaannya di sawah. “Jadi, kerja bakti paling biasanya pagi. Kalau tidak pagi ya susah. Karena kalau siang panas sekali. Selain itu, kalau siang banyak yang kerja. Kerja bakti tidak bisa kita lakukan setiap hari, karena warga juga punya kesibukan masing-masing,” katanya. Selain saat ini tengah dalam penanganan darurat, Syaerofik meminta pihak terkait terutama BBWSCC segera melakukan perbaikan secara permanen, sehingga para petani tidak kesulitan dalam pemanfaatan air dari Sungai Cisanggarung di waktu musim kemarau. “Wilayah kita dan beberapa desa di sekitar Losari ini kan hampir seluruhnya menggunakan air dari Cisanggarung. Tapi kalau tercampur air laut kita yang sulit. Kalau tersedot pompa dan masuk ke lahan pertanian, tanaman bisa mati,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: