Reporter:
Dian Arief Setiawan|
Editor:
Dian Arief Setiawan|
Kamis 12-07-2018,11:51 WIB
Biofeedback adalah teknik mengontrol fungsi tubuh, seperti detak jantung, kontraksi otot, dan bahkan suhu. Di Rusia, para peneliti sekarang menawarkan metode ini kepada penggemar sepakbola yang stres atau kehabisan tenaga emosional karena Piala Dunia.
Baru-baru ini, selama pertandingan antara Inggris dan Kolombia, banyak penggemar Inggris menerima
informasi dari Apple Watch mereka bahwa detak jantung mereka mencapai tingkat berbahaya. Mereka mendapat pesan yang mengatakan: \"Apple Watch mendeteksi detak jantung yang naik di atas 120 saat Anda tampak tidak aktif selama 10 menit.\"
Indikator seperti itu sering berujung serangan jantung, dan orang Inggris tentu bukan satu-satunya yang mengalami tekanan ekstrem ini selama Piala Dunia. Ribuan suporter Meksiko, Jerman, Korea, dan banyak penggemar sepak bola lainnya juga terpengaruh hati, sendi-sendi otot, gigi, dan bagian tubuh lainnya oleh keadaan emosi mereka.
Untuk memberi bantuan kepada suporter yang stres, para peneliti di Universitas Federasi Ural mengembangkan sebuah sistem baru, Reacor, berdasarkan prinsip-prinsip
biofeedback.
\"Sudah 25 orang yang diuji coba tahap eksperimen,\" kata Victoria Dikhor, pemimpin studi tersebut. “Sekitar 10-15 sesi diperlukan untuk menstabilkan keadaan emosi penggemar.”
Meskipun
biofeedback telah disertifikasi di banyak negara termasuk AS, para ilmuwan tidak tahu persis cara kerjanya. Yang pasti, ia meningkatkan kesehatan dengan membuat perubahan halus dalam tubuh, seperti merilekskan otot.
Reacor menganalisis kondisi psikologis dan psikofisiologis pasien, serta keadaan sistem saraf dan detak jantungnya. Menurut Dikhor, metode ini dapat menormalkan keadaan berbagai sistem tubuh.
\"Kami menggunakan indikator yang berbeda, termasuk reaksi kulit, elektroensefalogram, suhu dan pernapasan, serta kombinasi dari parameter-parameter ini,\" katanya kepada
Russia Beyond.
Selain penggemar sepak bola, peneliti Rusia berencana untuk bekerja dengan kelompok orang lain dengan tingkat stres yang tinggi, seperti atlet dan polisi. Ada juga niatan untuk mengembangkan pelatihan untuk berbagai kelompok sosial, mulai dari pensiunan dan anak sekolah hingga ibu rumah tangga. (rbth/wb)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News