Nah Loh, di Bima Banyak Sampah, Salah Siapa?

Nah Loh, di Bima Banyak Sampah, Salah Siapa?

CIREBON–Masalah persampahan di kawasan Stadion Bima tak sepenuhnya tuntas. Setelah penutupan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) Bima, masalah baru muncul. Di beberapa lokasi terdapat tumpukan-tumpukan sampah. Meski berskala kecil, namun kehadirannya cukup mengganggu. Dari pantauan Radar Cirebon, rata-rata lokasinya tak jauh dari lapak jual pedagang kaki lima lesehan. Banyak pula yang ”tertangkap tangan” warga sekitar baik yang tengah olahraga maupun yang sedang duduk santai, membuang sampah sembarangan. Mengingat kawasan Bima menjadi ikon kawasan olahraga, tentunya kondisi ini sangat disayangkan.  Sudut-sudut stadion hingga Gedung Olahraga (GOR) Bima, dapat dengan mudah ditemui gundukan sampah yang terbungkus dalam kantung plastik. \"Eh iya maaf, udah kebiasaan jadi reflek mau langsung buang,\" tutur salah  seorang warga yang membuang sampah air mineral usai berolahraga. Ia memungut kembali sampah yang sempat dilemparnya begitu sadar ada yang mengamati. Pelajar salah satu SMK di Kota Cirebon itu mengaku tak menemukan tempat sampah. Terutama di sepanjang rute lari yang mengelilingi Stadion Bima. Padahal di sekitar lokasi banyak aktivitas masyarakat. Baik yang berolahraga, berdagang maupun sekadar duduk-duduk. “Kalau tong sampahnya banyak, pasti nggak bakal buang sembarangan,” tutur dara yang mengaku bernama Nadia itu. Apa yang diungkapkan Nadia memang beralasan. Dari pengamatan Radar, hanya ada sekitar 16 tempat sampah yang tersebar di kawasan Bima. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan tempat sampah PKL yang lokasinya di dekat Selter Bima. Bila dibandingkan dengan luasnya kawasan Bima, jumlah tersebut jelas kurang. Komplek Olahraga Stadion Bima memiliki luas kurang lebih 16 hektare. Dengan hanya 16 tempat sampah, tentu sulit mengharapkan masyarakat tertib. Salah seorang pedagang, Masiri (67) mengungkapkan, gundukan sampah di beberapa lokasi memang kerap muncul. Saluran air di sekeliling stadion juga banyak terdapat bekas botol air mineral. Beberapa gundukan itu hanya sementara. Tetapi ada juga yang lama tak diangkut. “Kalau yang dagang di sini kebiasaanya ya gitu. Sampah dikumpulin dulu di pojokan, nanti baru dibakar,” katanya. Masiri tiap sore membakar sampah bekas berjualan. Pedagang terpaksa melakukan pembakaran karena tidak ada petugas kebersihan. Kalaupun ada, pasukan kuning hanya bertugas di sepanjang jalan keluar masuk. Sementara di area pedagang maupun tempat yang ramai aktivitas masyarakat, nyaris tidak ada petugas kebersihan. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: