Di Laboratorium NAMRU Ada Kontainer Berisi Lebih dari Sejuta Nyamuk Hidup Terinfeksi Malaria
Jerry sempat 12 tahun menjadi instruktur di bidang Scuba Diving di Indonesia. Pada 1983 atau 1985, Jerry D Gray sebagai instruktur Scuba Diving di Indonesia bersahabat dengan seorang muridnya bernama Nancy Whitham, petugas peneliti yang bekerja di Laboratorium Angkatan Laut Amerika Serikat (NAMRU) di Jakarta. Saat santai dalam perjalanan Scuba Diving, Namcy Whitham dengan bangga bercerita bahwa dalam laboratoriumnya di NAMRU ada sebuah kontainer berisi lebih dari satu juta nyamuk hidup yang telah terinfeksi malaria untuk penelitian. Sontak Jerry D Gray berpikir apa yang akan terjadi jika satu juta nyamuk yang telah terinfeksi malaria itu berterbangan di Jakarta di atas sepuluh juta manusia. Kecemasan Jerry semakin bertambah ketika antara 2002-2008 penyakit demam berdarah sempat menjadi epidemik yang menggemparkan dalam waktu bersamaan di beberapa kota utama di Indonesia. Menurut catatan Jerry, ada pada enam bulan pertama tahun 2007 ada 100 ribu laporan kasus deman berdarah yang telah membunuh 1.100 orang. Yang membuat heran Jerry, tidak ada satupun media internasional yang peduli untuk meliput kasus epidemik demam berdarah ini. Begitu pula dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Maka Jerry dalam benaknya timbul pertanyaan, “Mungkinkah kejahatan terhadap kemanusiaan yang melibatkan nyamuk yang terjadi di Amerika dan epidemik Demam Berdarah di Indonesia sama-sama berkaitan dengan Departemen Kesehatan Amerika? Kekhawatiran Jerry D Gray nampaknya cukup beralasan. Sebab di bagian lain buku yang sama, Jerry memperoleh temuan yang cukup mengkhawatirkan bahwa pada 1960 Korps Kimia Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army Chemical Corps) telah melepaskan ratusan juta nyamuk yang secara khusus dikembangbiakkan di Fort District, Maryland yang yang digunakan sebagai media untuk menyebarkan demam berdarah dan kuning dan penyakit-penyakit lainnya. Demam kuning atau yellow fever merupakan suatu virus berbahaya yang dapat menyebabkan demam, menggigil, kram perut yang dahsyat, diare, penyakit kuning, sakit yang amat sangat pada kepala, punggung, lengan dan kaki. Setelah itu tak berapa lama kulit berubah jadi kuning, diikuti dengan muntah darah berkali-kali. Fakta menarik yang dikemukakan Jerry, bahwa para korban pertama dari mikroorganisme yang mematikan yang dikembangbiakkan di Fort District ini, Avom Park, Carver Village, Florida. Dan Savannah, Georgia. Mayoritas warga di kedua wilayah tersebut adalah berkulit hitam. Apakah fakta ini hendak mengatakan bahwa modus ini digunakan untuk membunuh warga di kedua wilayah yang mayoritas berkulit hitam? Yang jelas, fakta ini membawa kita pada sebuah kesadaran baru, betapa berbahaya serangan biologi teroris yang dilancarkan tentara AS terhadap warga masyarakat sipil di Amerika, dan warga masyarakat lainnya di pelbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Pada 1963, badan intelijen AS CIA kembali melepaskan jutaan nyamuk pembawa penyakit ke Kuba, yang pada waktu itu pemerintahan pimpinan Fidel Castro dipandang musuh oleh pemerintah AS. Sehingga pelepasan jutaan nyamuk pembaca penyakit itu ditujukan kepada laki-laki, perempuan dan anak-anak di Kuba. Sehingga menyebar epidemi penyakit Demam Berdarah. Penyakit ini membunuh 188 orang. Apalagi beberapa fakta yang menyusul kemudian, terungkap bahwa pemerintah AS, khususnya Departemen Kesehatan, mendukung penelitian beberapa ilmuwan jahat terkait penyebaran virus-virus berbahaya tersebut. Beberapa dokumen rahasia, seperti MKULTURA, mengungkap adanya penelitian-penelitian mengenai zat beracun dan perang zat biologi di Kuba. Maka itu, tidak heran jika salah satu aspek krusial yang jadi bahan pertimbangan Ibu Fadila Supari ketika memutuskan untuk menutup NAMRU adalah adanya indikasi kuat tentara AS telah menggunakan senjata biologis ketika melakukan invasi militer ke beberapa negara yang mereka pandang sebagai musuh. Hal ini semakin diperkuat oleh Stephen Endicott dan Edward Hagerman dalam bukunya berjudul United States aand Biological Warfare, mengungkap bahwa Amerika secara rahasia telah menggunakan senjata biologi terhadap penduduk sipil di Korea dan Cina. Berdasarkan konstruksi kisah yang disampaikan Jerry D. Gray maupun Stephen Endicott dan Edward Hagerman, maka laboratorium penelitian zat beraun dan perang zat biologis dilakukan dengan berkedok sebagai laboratorium kesehatan ala NAMRU-2 di Indonesia. Dengan demikian laboratorium ala NAMRU-2 AS sudah ditutup oleh Menteri Kesehatan Siti Fadila Supari pada 2009 lalu, jangan sampai dibuka kembali dan beroperasi di Indonesia. Perlu strategi untuk mencegah beroperasinya kembali laboratorium ala NAMRU-2 atau dengan nama lain namun berfungsi seperti NAMRU. Penulis: Hendrajit, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: