Program BPNT Jadi Penyebab Kenaikan Harga Telur? Ini Jawaban Pengusaha

Program BPNT Jadi Penyebab Kenaikan Harga Telur? Ini Jawaban Pengusaha

CIREBON - Melonjaknya harga telur ayam baik di pasar modern maupun pasar tradisional, dituding akibat pelaksanaan program bantuan pangan non tunai (BPNT) yang kini gencar dilakukan pemerintah pusat. Kondisi tersebut memicu tingginya permintaan terhadap telur, karena para supplier untuk program BPNT menjadikan telur sebagai salah satu komoditi yang disediakan. Sehingga terjadi permintaan yang tinggi, sementara ketersediaan telur menipis. Hal tersebut disampaikan Kuwu Picungpugur, Suryani saat ditemui Radar Cirebon, kemarin. Menurut pria yang juga seorang peternak ayam petelur tersebut, indikasi program BPNT menjadi biang dari kenaikan harga telur, terlihat dari harga yang terkerek naik setelah program tersebut mulai digulirkan. “Telur sekarang jadi rebutan, antara supplier dan masyarakat. Itu sudah hukum ekonomi, ketika permintaan naik, otomatis harga juga akan mengikuti. Jadi kalau kesimpulan saya, harga ini naik salah satu faktornya karena program BPNT,” tegas Suryani. Dia menjelaskan, sudah bertahun-tahun menjadi pengusaha telur ayam. Selama ini, harga pakan tidak mengalami peningkatan signifikan yang membuat telur ayam harus dijual mahal. Harga pakan ayam sendiri menurut Suryani relatif stabil dan tidak ada kenaikan berarti. “Harga pakan stabil, kita juga awalnya bingung kenapa bisa mahal seperti ini. Kita sebenarnya diuntungkan dengan kondisi ini, tapi saya sebagai kuwu juga kasihan kalau lihat masyarakat kesulitan beli telur,” imbuhnya. Harga telur ayam sendiri dari kandang menurut Suryani sekitar Rp 24.000 kg harga, kemudian mengalami kenaikan setelah sampai di tangan tengkulak. “Saat ini harga telur di pasaran sekitar Rp 28 ribu sampai Rp 30 ribu. Masih tetap tinggi selama permintaan masih tinggi. Sekarang saja saya tidak mencari pembeli, tapi pembeli yang datang sendiri. Ini harga termahal selama saya berbisnis telur ayam,” bebernya. Sementara itu, Rusyati (37) salah satu pengunjung Pasar Babakan saat ditemui Radar Cirebon mengatakan, saat ini mengurangi konsumsi telur untuk keluarganya karena harganya yang terlampau mahal. “Konsumsi telurnya dikurangi dulu, mending beli lauk pauk lainnya ketimbang beli telur yang harganya begitu mahal,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: