Terlalu Murah, Petani Gula Tolak Tawaran Harga Investor

Terlalu Murah, Petani Gula Tolak Tawaran Harga Investor

CIREBON-Gula petani Cirebon menumpuk di gudang penyimpanan milik pabrik gula. Gula-gula tersebut tertahan dan tidak terjual karena petani menolak harga penawaran yang diajukan para investor yang dinilai jauh lebih rendah dari harga yang diinginkan petani. Tokoh Petani Cirebon Timur, Mae Azhar saat ditemui Radar Cirebon mengatakan, para petani menolak menjual gula dengan harga murah, sehingga dampaknya selain gula yang mulai menumpuk di gudang penyimpanan, para petani juga tidak bisa langsung menikmati hasil jerih payah selama satu tahun merawat tanaman tebu. “Gula saat ini masih menumpuk di gudang penyimpanan. Sudah tiga periode kita gagal lelang. Penyebabnya, minat investor terlalu rendah untuk menyerap gula petani. Selain itu, harga yang ditawarkan investor juga masih rendah dan tidak masuk. Sehingga, kalau diterima petani lah yang akan mengalami kerugian,” ujarnya. Menurut Azhar, saat lelang para investor mengajukan harga hanya Rp9.400 perkilogram. Sementara para petani masih bertahan di angka sesuai dengan biaya pokok produksi (BPP) tebu sekitar Rp10.500/kg. “Ya paling tidak, kalaupun lebih murah tidak jauh dari BPP. Hitung-hitungannya kan tidak ketemu. BPP harga jual berapa? Sementara gula kita ini di pasaran dijual dengan harga Rp12.500 sesuai harga eceran tertinggi gula,” imbuhnya. Dari data yang ia miliki, saat ini di PG Sindang Laut baru sekitar 800 ton gula yang laku dijual, dan sisanya sampai 4.485 ton belum laku dan masih tersimpan di gudang. Jumlah tersebut, menurut Azhar, merupakan hasil akumulatif mulai dari periode giling satu sampai dengan lima. Dijelaskannya, untuk tebu petani saat ini sudah memasuki periode giling yang ke lima, namun gula yang laku hanya pada periode pertama dan kedua. Pada periode giling pertama, gula petani dihargai Rp9.700 dan pada periode lelang kedua dihargai Rp9600 per kilogram. “Sekarang kondisinya sudah seperti ini, kita juga tidak tahu realisasi dari Bulog yang katanya siap membeli gula dengan harga Rp9.700,” katanya. Suramnya masa depan petani tebu, membuat para petani tebu yang saat ini masih eksis menjadi apatis dan terkesan enggan untuk menanam tebu kembali. Hal tersebut disampaikan petani lain, Syafii yang juga mengeluhkan turunnya harga gula. Padahal menurut dia, harga pupuk, sewa lahan, ongkos tenaga kerja dan lainnya terus merangkak naik. \"Harga gula tiap tahun tidak jelas. Terlalu banyak aturan, kita sudah dicekik oleh HET dan kini tawaran dari investor pun sangat rendah. Kita jual gula ke siapa kalau kondisinya seperti ini?\" katanya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: