Selain Keruh dan Bau, Distribusi Air PDAM Tidak Lancar

Selain Keruh dan Bau, Distribusi Air PDAM Tidak Lancar

CIREBON - Direktur Utama PDAM Tirta Jati, Suharyadi mengakui jika saat ini tengah melakukan pekerjaan pergantian pipa utama. Sehingga selama beberapa hari, pelayanan PDAM untuk beberapa wilayah terganggu. Namun demikian, pelayanan PDAM sudah mulai berangsur normal. Karena pergantian pipa tersebut selesai dilakukan. Meskipun perbaikan saat ini sudah selesai, namun pipa baru masih membutuhkan penyesuaian sebelum bisa dipergunakan secara normal. “Kita ada pergantian pipa, jadi distribusi agak terganggu. Tapi sekarang sudah selesai, mudah-mudahan pasokan segera lancar kembali,” ujarnya. Sukaryadi menjelaskan, selain terganggunya pelayanan karena jebolnya bendungan karet di dua titik yakni di Sungai Bondet dan Sungai Cisanggarung, trouble pipa pecah yang saat ini sudah diperbaiki juga menjadi terhambatnya pelayanan PDAM. Diakuinya, saat ini jumlah total pelanggan PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon, sekitar 37 ribu pelanggan yang tersebar dari mulai wilayah utara, barat dan timur Kabupaten Cirebon. Jumlah tersebut belum ditambah pelanggan PDAM Kota Cirebon yang ada di Kabupaten Cirebon. Untuk mengaver seluruh distribusi air bersih ke 37 ribu pelanggan, PDAM Tirta Jati mengandalkan setidaknya 5 water treatment plant (WTP) dan sistem pengairan mata air. “Bedanya begini, kalau WTP itu ada pengolahan, air dari sungai diolah terlebih dahulu di WTP, sebelum dipompa ke rumah-rumah pelanggan. Sistem yang kedua ada sistem mata air. Air dari sungai langsung dipompa ke rumah pelanggan tanpa diolah. Hal ini dilakukan karena kualitas air sungai sudah bagus,” tutur Suharyadi. Untuk WTP yang terpengaruh jebolnya bendung karet, menurut Suharyadi, ada dua titik. Yakni WTP Losari dengan 500 pelanggan dan di Sungai Cisanggarung serta WTP Babadan di Sungai Bondet dengan sekitar 1.000 pelanggan. “Untuk WTP lainnya dalam kondisi aman. Apalagi disupport dengan sistem distribusi mata air. Persoalan yang terjadi, ada di pelanggan yang dilayani dua WTP ini. Kalau di tempat lain sempat terganggu karena ada pergantian pipa,” jelasnya. Meskipun demikian, Suharyadi tetap meminta BBWSCC mempercepat perbaikan dua bendung karet di Sungai Cisanggarung dan Sungai Bondet sebagai prioritas. “Kalau perbaikan secara permanen mungkin nanti menunggu anggaran, karena saya tahu untuk perbaikan butuh anggaran yang tidak sedikit. Untuk saat ini, karena dalam keadaan darurat kita minta penanganan sementara yang dilakuakn bisa secara maksimal, sehingga pelayanan PDAM tidak terganggu. Terlebih, sungai tersebut juga dimanfaatkan oleh petani,” katanya. Sementara itu, Kepala BBWSCC, Bob Arthur Lambogia kepada Radar Cirebon mengatakan, sudah melakukan penanganan sementara untuk mencegah masuknya air laut ke sungai yang bendung karetnya jebol. “Untuk di Losari sudah kita pasang kistdam dari tumpukan tanah. Kita buat bendungan dari tumpukan karung berisi tanah, dibantu warga sekitar juga. Sementara untuk bendung karet di Sungai Bondet itu masalahnya adalah kebocoran, kita atasi dengan beberapa jam sekali memompa air ke dalam karetnya,” paparnya. Dijelaskan Bob, kerja bendungan karet adalah menahan air. Caranya dengan memompa air ke dalam rongga karet, sehingga setelah penuh karet menjadi penghalang yang kuat untuk menahan air. “Nah untuk kasus yang di Sungai Bondet, ada kebocoran. Jadi, air yang kita pompa ke dalam karet itu keluar lagi secara perlahan-lahan. Sementara kita atasi dengan pemompaan beberapa jam sekali. Ini dilakukan sambil menunggu anggaran untuk perbaikan turun,” jelasnya. Untuk perbaikan sendiri, menurut Bob, paling tidak dibutuhkan anggaran dengan estimasi sekitar Rp 20 miliar. Dia mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak terkait dan untuk perbaikan dua bendungan karet tersebut saat ini sudah diajukan. “Mudah-mudahan bisa segera terealisasi dan perbaikan bisa segera dilakukan,” ungkapnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: