Waduh, Kapasitas Embung Sarwadadi Menyusut 130.400 Meter Kubik

Waduh, Kapasitas Embung Sarwadadi Menyusut 130.400 Meter Kubik

Kekeringan yang terjadi di Embung Desa Sarwadadi tahun 2018 ini, terbilang terparah sejak embung dibangun tahun 2004 lalu. Karena saat ini, embung hanya menyisakan air sekitar 600 meter kubik dari normalnya 131 ribu meter kubik air. ***  PETUGAS Penanggung Jawab Embung Sarwadadi BBWS CC, Malcolm Mochammad Othery kepada Radar mengatakan, Embung Sarwadadi sudah mulai mengalami kekeringan sekitar 1,5 bulan lalu. \"Sudah mulai menyusut itu dari pertengahan Juni kemarin,\" ujarnya, Selasa (14/8). Othery mengatakan, hingga saat ini embung Sarwadadi hanya memiliki air sebanyak 600 meter kubik. Sudah sangat kering, meski masih ada sedikit air. Tetapi embung ini normalnya bisa menampung sekitar 131 ribu meter kubik air. Othery mengatakan, kondisi kekeringan embung di tahun 2018 ini adalah terparah. Pernah tahun 2014 kering seperti ini, tapi itu sudah selesai kemaraunya. “Nah sekarang kan baru pertengahan musim kemarau airnya sudah sedikit begini. Tahun ini paling parah,\" tuturnya. Embung Sarwadadi ini menurut Othery, bisa mengairi sawah di empat desa. Di antaranya Desa Sarwadadi sekitar 80 hektare sawah, Desa Kerandon 30 hektare sawah, Desa Sampiran 20 hektare sawah. Menurutnya, debit air embung Sarwadadi ini diprediksi akan kembali menyusut, menyusul masih lamanya musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Cirebon. \"Kita prediksi kemarau akan berakhir Oktober akhir, sehingga kemungkinan air bisa menyusut lagi,\" ucapnya. Othery mengatakan, keringnya Embung Sarwadadi ini tidak murni disebabkan musim kemarau saja. Tetapi mengalami kebocoran, baik di dinding ataupun pintu airnya, sehingga air terus menyusut. Kebocoran ini sudah terjadi sejak tahun 2017 lalu. Othery mengatakan, dalam waktu dekat BBWS CC akan melakukan perbaikan Embung Sarwadadi ini. \"Kebocoran embung ini memang karena faktor usia embung juga. Embung ini dibangun tahun 2004, sehingga dibutuhkan perbaikan,\" ujarnya. Akibat keringnya Embung Sarwadadi ini, banyak petani sekitar yang mengalami gagal panen. Berbeda dengan Embung Sarwadadi, saluran sekunder Cipager justru hingga saat ini belum mengalami kekeringan. Bahkan sawah-sawah yang dialiri saluran sekunder Cipager masih mendapatkan pasokan air. Bahkan sawah-sawah tersebut sukses melakukan panen tanpa ada yang gagal panen. Petugas Operasi Bendung Cipager, Imbang kepada Radar mengatakan, debit air di saluran sekunder Cipager sangat normal, meskipun berada di puncak musim kemarau. “Normal, meskipun debitnya naik turun. Sekitar 610 liter perdetiknya, berarti memang cukup normal. Tetapi kalau malam hari debit air akan turun, sehingga memang di sini debitnya naik turun,” ungkapnya. Imbang mengakui, debit air saluran sekunder pernah mengalami penurunan, namun tidak sampai menyebabkan kekeringan. “Pernah turun debit airnya paling rendah sekitar 300 liter perdetik. Tetapi di bawah 300 liter ini belum pernah,” tuturnya. Imbang menuturkan, saluran sekunder Cipager ini mengaliri sekitar 855 hektare area persawahan. Menurutnya, seluruh sawah yang dialiri air dari saluran sekunder ini telah mengalami panen tanpa ada yang gagal panen. “Alhamdulillah semua sawah yang dari air sekunder ini sudah panen semua. Musim kemarau ini tidak ada masalah kekeringan. Pasokan air juga cukup lancar dan mencukupi,” tuturnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: