HIMKI Cirebon Desak Pemerintah Stop Ekspor Bahan Baku Rotan

HIMKI Cirebon Desak Pemerintah Stop Ekspor Bahan Baku Rotan

CIREBON-Industri rotan masih terus berkembang dan tren pasarnya beranjak naik. Hal ini masih belum sebaik dulu, sebelum adanya pembukaan keran ekspor bahan baku. Sekretaris Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DPD Cirebon Raya Eddy Sugiarto mengatakan, sekarang yang menjadi catatan HIMKI adalah bahan baku rotan di dalam negeri masih sulit didapat. \"Kebutuhan dalam negeri banyak yang belum terpenuhi,\" katanya kepada Radar Cirebon. Secara logika, lanjut Eddy, negara Indonesia pemilik 85 hingga 90 persen rotan dunia. Kelangkaan bahan baku harusnya tidak pernah terjadi. Sulitnya bahan baku, justru lebih banyak mempengaruhi penjualan mebel rotan. Karena, jika harga bahan baku naik, pengusaha pun bisa menaikan harga jual. \"Lain halnya kalau bahan baku langka. Artinya, kita tidak bisa menjual produk mebel rotan ke buyer kita. Beberapa perusahaan besar tidak sedikit yang kena penalty dari buyer-nya karena tidak bisa memenuhi pesanan mereka, akibat kelangkaan bahan baku,\" paparnya. Eddy menyampaikan, peluang-peluang penjualan banyak juga yang dilewatkan karena perusahaan sendiri takut mengambil order yang ada, karena kelangkaan bahan baku. \"Ada dari anggota kami yang tidak berani mengambil peluang penjualan, karena perusahaannya takut tidak bisa menyelesaikan order sesuai waktu yang disepakati, akibat kelangkaan bahan baku. Jika waktunya melewati perjanjian, maka perusahaan tersebut kena penalty dengan nilai yang lumayan besar. Sehingga peluang tersebut dilewatkan dan tidak diambil,\" bebernya. Menurutnya, perlu keseriusan pemerintah dalam mengatasi kelangkaan bahan baku rotan. Pemerintah harus bisa menjamin ketersediaan bahan baku rotan. Karena, bahan baku rotan ini termasuk hajat hidup orang banyak. Industri mebel rotan merupakan industri padat karya. \"Permasalahan yang ada, jangan hanya dijadikan wacana belaka. Harus ril tindak lanjutnya,\" ujarnya. Sebagai perwakilan HIMKI Eddy mengingatkan agar jangan ada lagi terlintas pemikiran untuk membuka keran ekspor bahan baku kembali. \"Stop ekspor bahan baku rotan. Bapak presiden kita selalu berorientasi kepada nilai tambah yang lebih besar. Silakan saja bandingkan berapa nilai tambah yang didapat jika kita menjual bahan baku saja dengan menjual mebel rotan,\" tuturnya. Jelas jauh lebih banyak nilai tambah yang didapat dengan menjual produk jadi, baik itu berupa mebel dan kerajinan rotan. Ia pun menyayangkan karena dari segi promosi, Indonesia masih tertinggal cukup jauh. \"Banyak peran pemerintah di sisi promosi. Pemerintah punya kedutaan, punya perwakilan-perwakilan luar negeri. Harus dimaksimalkan dalam memperkenalkan produk-produk unggulan kita,\" ujarnya. Selain promosi luar negeri, penggunaan produk mebel dalam negeri juga harus digalakan. Jangan hanya menjadi imbauan dari pemerintah pusat maupun daerah. \"Harus menjadi kewajiban, berupa peraturan yang mengikat yang mengharuskan instansi, kantor-kantor, sekolah, hotel, dan sebagainya untuk menggunakan produk dalam negeri. Kita sangat prihatin di kantor-kantor pemerintah, fasilitas umum, hotel, dan sebagainya masih banyak yang menggunakan produk impor,\" jelasnya. Eddy pun menyinggung adanya Kampung Wisata Rotan Galmantro yang diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menggerakan kecintaan masyarakat akan produk dalam negeri. \"Namun kembali lagi, pemerintah harus berperan aktif,\" jelasnya. (nda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: