Dalam Keadaan Sakit, Joni Memanjat Tiang Bendera karena Kemauan Sendiri
Johannes Adekalla, 14, pemanjat tiang bendera yang tali pengaitnya putus saat upacara 17 Agustus 2018 di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, mengaku memanjat tiang bendera itu atas inisiatif sendiri. \"Tiba-tiba kemauan untuk memanjat tiang bendera dan kembali mengikat talinya yang putus datang begitu saja. Jadi tidak ada yang perintahkan saya untuk panjat,\" katanya saat dihubungi Antara dari Kupang, Jumat (17/8). Nama Joni dikenal setelah aksi heroiknya memanjat tiang bendera yang talinya putus saat upacara memperingati HUT Ke-73 Kemerdekaan RI di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. Lokasi itu berjarak kurang dari satu kilometer dari garis batas wilayah Indonesia dengan Timor Leste. Joni, nama sapaan dari Johanis, itu pun, bercerita bahwa pada awalnya, ketika upacara bendera dimulai tepat pukul 09.00 Wita, dirinya mulai merasa pusing karena ketika berangkat dari rumah tidak sempat sarapan. Siswa SMP Silawan yang kini masih dibangku kelas 1 itu, dilarikan ke tenda kesehatan untuk mendapatkan perawatan. Saat sedang dirawat dan sudah diberikan makan, tiba-tiba dirinya mendengar pengumuman yang meminta agar siapa yang bisa memanjat tiang bendera. Seketika itu pula, ia langsung membuka sepatunya dan berlari ke arah tiang bendera dan memulai memanjatnya. \"Saya juga lihat sudah banyak orang yang panik, sementara bendera juga sudah mau dikibarkan jadi saya langsung panjat tiang bendera tanpa pikir panjang lagi,\" tuturnya. Setelah tali yang putus itu diikatkannya, upacara bendera pun dilanjutkan dan berjalan sampai selesai. Setelah upacara HUT Kemerdekaan RI, ia mengaku langsung kembali ke rumah untuk istirahat. Namun, selang beberapa jam kemudian banyak pihak yang datang, mulai dari wartawan dan pejabat daerah setempat serta pihak TNI dan polisi. Bocah yang kesehariannya hanya membantu orangtuanya memilih asam dan sekaligus memanjat pohon asam untuk dijual di pasar itu, tidak menyangka bahwa aksi itu membuat dirinya dikenal banyak orang. Kedua orangtuanya ialah warga eks Timor Leste yang berasal dari Bobonaro, yang lebih memilih bersama Indonesia setelah jajak pendapat pada 1999. Terkait dirinya mendapat undangan dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi untuk ke Jakarta, ia pun merasa semuanya hanya mimpi belaka.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: