Kelompok Anti-Imigran Meningkat, Partai Populis Kanan Jerman Bertanggung Jawab?

Kelompok Anti-Imigran Meningkat, Partai Populis Kanan Jerman Bertanggung Jawab?

Menurut catatan Kantor Statistik Federal Jerman yang dikutip CNN, sejak 2013 imigran di Jerman telah mencapai lebih dari 1 juta orang. Pada 2015, ketika eskalasi konflik makin panas di Timur Tengah, sikap terbuka Merkel menghasilkan total 2 juta imigran, dan terus bertambah hingga kini. AfD terang-terangan menolak imigrasi sejak pembentukan partainya. Bahkan ada analis yang mengatakan bahwa pembentukan AfD disebabkan oleh banjir imigran di Jerman itu sendiri. Terlepas dari rumor tersebut, AfD jelas-jelas memakai isu imigrasi untuk meraih dukungan sejak dua tahun lalu, dan makin berkobar hebat pada kampanye pemilu 2017. Salah satu pemimpin inti AfD, Alexander Gauland, telah bersumpah untuk membendung “invasi dari pendatang” ke Jerman. https://twitter.com/nytimes/status/1004286794370871296 AfD memanfaatkan ketakutan dan kemarahan sebagian masyarakat Jerman yang menilai kebijakan Merkel berlebihan. Jerman terlalu ramah, kata mereka. Apesnya, dukungan untuk AfD selain datang dari para pendukungnya, juga datang dari orang-orang yang tidak mendukung mereka sebelumnya dan—ini yang lebih mengejutkan—dari para pendukung CDU, partai Merkel sendiri. Bahkan sebagian anggota partai CSU juga berseberangan dengan Merkel. Namun Markel tetap bersikeras untuk membuka pintu bagi para pengungsi. https://twitter.com/ein_prozent/status/811224143505092609 Selain anti-imigran, AfD juga anti-Islam. AfD mengadopsi sebuah kebijakan anti-Islam secara eksplisit pada bulan Mei 2016 dan dalam manifesto pemilihannya ada sebuah bagian yang menyatakan (dalam bahasa Jerman) tentang mengapa “Islam tidak cocok di Jerman”. Dalam bagian lain salah satu poster yang disebarkan AfD di berbagai penjuru kota-kota kantong pendukungnya, ada juga yang berbunyi “Burka? Kami suka bikini.” Sikap AfD kemudian selaras dengan idealisme organisasi PEGIDA atau Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Abendlandes, yang kira-kira diterjemahkan sebagai “Orang Eropa Patriotik Melawan Islamisasi (di) Barat”. Sejak Oktober 2014 anggota-anggota PEGIDA telah mengadakan demonstrasi melawan proses Islamisasi di Eropa yang menurut mereka sedang masif-masifnya dan perlu dicegah sebelum Eropa dikuasai golongan pecinta hukum Syariah. https://twitter.com/SimonDPfeiffer/status/1033757046309642241 AfD sebenarnya tak mau berhubungan dengan PEGIDA. Ideologi PEGIDA yang sering digolongkan sebagai Nazi gaya baru membuat citra siapapun yang terasosiasikan dengannya jadi buruk. Meski demikian, pada kenyataannya anggota-anggota PEGIDA banyak yang menjadi pendongkrak suara AfD di berbagai pemilihan. AfD sendiri, ironisnya, juga kerap dinilai sebagai partai neo-Nazi sebab memiliki kebijakan nasionalistik yang serupa, termasuk menentang gagasan multikulturalisme. Kebangkitan mereka sebagai partai terbesar ketiga di Jerman menjadi perhatian banyak pihak yang alergi dengan kebangkitan fasisme. Pertumbuhan ekonomi dinilai sebagai salah satu faktor utama mengapa Merkel masih menang di pemilu tahun ini. Namun pengurangan jumlah suara juga membuktikan bahwa Jerman makin terpolarisasi akibat populisme sayap kanan juga kian mendapat tempat di hati rakyat Jerman. Empat tahun berikutnya Merkel masih harus bergulat dengan isu politik identitas yang akan sering digaungkan oleh fraksi AfD di Bundestag sembari tetap fokus mempertahankan kekuatan ekonomi negara.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: