Melongok Potret Masa Silam Bangunan Mirip Anjungan Kapal di Kota Cirebon

Melongok Potret Masa Silam Bangunan Mirip Anjungan Kapal di Kota Cirebon

Balaikota Cirebon yang didirikan sekitar tahun 1924 di atas lahan seluas 15.770 meter persegi, di masa itu berupa rawa. Bangunan yang memiliki luas bangunan 868 m² ini bertembok warna putih dan bertekstur halus, dibangun atas prakarsa J.J. Jiskoot, Direktur Gemeentewerken (Dinas Pekerjaan Umum) Cirebon kala itu, pembangunan fisik bangunannya mulai dilakukan pada 1 Juli 1926 dan selesai dibangun pada 1 September 1927. Biaya pembangunannya menghabiskan dana sekitar 165000 gulden. Sedangkan, dua aristek bernama H.P. Hamdl dan C.F.H. Koll,yang berusaha memadukan konstruksi barat dengan gaya arsitektur berfilosofi lokal. Menurut Agustinus David dalam skripsinya yang berjudul Bentuk dan Gaya Bangunan Balai Kota di Cirebon, dijelaskan bahwa Gedung Balai Kota Cirebon terpengaruh oleh gaya modern yang berkembang di Belanda, yaitu gaya Amsterdam School yang berkembang antara tahun 1910 – tahun 1930. Pemakaian bahan bangunan dari alam seperti batu bata dan bentuknya yang sangat plastis, ornamen sculptural dan bermacam-macam warna dari bahan asli (bata, alam, kayu). Terlebih bangunan ini, berbentuk anjungan kapal yang puncaknya dihiasi dengan empat ekor udang, julukan kota Cirebon. Penelusuran radarcirebon.com, pembangunan Balaikota Cirebon di era Hindia Belanda ini, semula berfungsi sebagai Raadhuis (Gedung Perwakilan Kota) pusat administrasi Kotapraja Cirebon. Bahkan, di masa itu, gedung ini kerap digunakan pesta pernikahan kalangan bangsa Eropa. Sejak Pemerintahan Militer Jepang hingga masa kemerdekaan gedung ini menjadi pusat Pemerintahan Kota Cirebon. \"Gambar Gedung bertembok putih dan bertekstur halus ini dibangun menghadap ke timur, dari bahan utama batu merah, batu, kapur, kayu jati, tegel, dan marmer. Di masa pembangunannya, balaikota terdiri atas gedung inti dan gedung penunjang pada sebelah utara dan selatan. Gedung inti dibangun dua lantai, dimana jika berdiri pada bagian atas, tampak pemandangan laut lepas dan Pelabuhan Muara Jati. Sementara pada bagian bawah tanah terdapat terowongan, dikabarkan, tempat perlindungan dan jalan pintas menuju laut untuk melarikan diri bila terjadi penyerangan. Bukan rahasia umum, hal yang sama juga ditemukan di Balai Kota Surabaya,  terdapat terowongan dan disebut-sebut terkoneksi dengan rumah dinas Walikota di Jl Sedap Malam. Bungker di bawah belakang gedung yang dibangun tahun 1923 pada masa walikota kedua Surabaya dijabat Gj Dijkerman itu tercatat menghabiskan biaya sekitar 1.000 gulden. Berikut ini merupakan foto-foto yang diperoleh radarcirebon.com di Depo Arsip Kota Cirebon \"Gambar \"Gambar \"Gambar \"Gambar \"Gambar \"Tidak

Gedung ini merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan kolonial di Cirebon yang masih berdiri utuh, menjadi bukti sejarah perkembangan gaya seni bangunan dari masa kolonial di Cirebon. Kemudian, gedung ini ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor 19 Tahun 2001. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: