Museum di Gegunung Minim Perhatian Pemkab Cirebon

Museum di Gegunung Minim Perhatian Pemkab Cirebon

CIREBON-Meskipun di Kabupaten Cirebon sangat minim museum, namun adanya museum pribadi di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber juga luput dari perhatian pemerintah. Akibatnya, membuat museum ini sempat buka tutup karena anggaran seadanya. Pengelola Museum R Hasan Ashari kepada Radar Cirebon mengatakan tempat ini merupakan situs makam dari Pangeran Pasarean anak dari Sunan Gunung Jati. “Ini makamnya pangeran Pasarean atau Muhammad Arifin. Mereka sekarang masih rapi dengan berbagai macam peninggalan dan kegiatan, baik peninggalan berbentuk benda maupun lainnya,” ujarnya. Awalnya, meskipun banyak peninggalan bersejarah, tetapi karena faktor ketidakpahaman. Sehingga tidak bisa dimanfaatkan dengan baik. “Di antaranya ada makam, ada benda pusaka, ada naskah yang selama ini kita tidak mengerti. Ada banyak sekali peninggalan. Cuma dulu tidak mengerti. Ada yang minta barang lalu dikasihkan ada yang ambil,” ujarnya. Ketika baru memahami betapa langka dan berharganya peninggalan tersebut, maka keluarganya mulai mengumpulkan benda-benda bersejarah tersebut lalu membangun museum. “Kami berusaha mengumpulkan kembali benda-benda itu dengan membentuk sebuah museum kecil atau museum keluarga,” ujarnya. Hasan mengungkapkan, berbagai benda bersejarah yang ada di museum pribadi. “Di mana di situ tersimpan seperti naskah kuno,tanskrip, terus juga benda serta lainnya,” tuturnya. Karena memang menggunakan anggaran pribadi dan jauh dari perhatian pemerintah, museum tersebut sempat berhenti dan tutup. “Sejak tahun 2012 kita merintis dengan membuat suatu tempat dan mencoba juga dulu dengan membikin lorong sejarahnya dengan sejarah berbagai tokoh-tokoh di Cirebon cuma maklum dengan kedaaan sederhana sehingga tidak kuat lama, alhamdulillah sekarang lagi dibangun kembali. Hasan mengungkapkan barang bersejarah di museum tersebut mayoritas dari naskah kuno. “Koleksinya kalau naskah kuno kita sendiri punya 60 buku, ada 110 kaset wayang kuno sejak tahun 70an terus ada pusaka sekitar 100an lebih seperti keris dan tombak, ada foto+foto kuno. Mesin ketik tahun 1945 ada juga sepedahnyam,” tuturnya. Hasan mengungkapkan dirinya mendapatkan naskah-naskah kuno tersebut. Naskah kuno peninggalan orang tua, dulu orang tuakan sering nulis-nulis, sebagian juga hancur, itu hampir separohnya lebih, karena tidak mengerti ketika membuka kitab itu, sehingga disimpan saja, lalu kena rayap,” ujarnya. Koleksi museum pribadi tersebut menurut Hasan, ada juga peninggalan sejarah pada tahun 1700. “Koleksi tertua, tahun 1700a-n berupa kertas Baluwang yaitu kertas yang dibuat dari kulit pohon seh,” tuturnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: