Siasati Pelemahan Rupiah, Pengusaha Tahu-Tempe Siapkan Strategi

Siasati Pelemahan Rupiah, Pengusaha Tahu-Tempe Siapkan Strategi

INDRAMAYU – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selalu berdampak terhadap pengusaha tahu tempe. Pasalnya sebagian besar bahan baku kacang kedelai yang mereka gunakan merupakan produk impor. Terutama untuk produk tempe. Karena jika menggunakan kacang kedelai lokal, hasil produksi kurang bagus. Sehingga mau tidak mau, mereka harus mencari bahan baku impor “Saya biasa mendapatkan kacang kedelai dari Cirebon. Kataya produk impor dari Amerika. Untuk tempe memang lebih bagus menggunakan kedelai impor,” kata Opik, pengusaha tempe di kawasan Blok Bungkul Kelurahan Bojongsari Kecamatan/ Kabupaten Indramayu, Kamis (6/9). Terkait pelemahan nilai rupiah, Opik mengaku dampaknya belum begitu terasa. Pasalnya bahan baku kedelai yang ia gunakan memang dibeli sekitar dua bulan lalu. Kendati demikian, ia mengakui kalau harga kacang kedelai sudah naik sejak hampir dua bulan terakhir. “Kalau yang sekarang kami belum belanja kedelai lagi. Tapi harga kedelai memang sudah mengalami kenaikan sekitar dua bulan lalu. Dari sebelumnya Rp 6.500 sampai Rp 6.800 rupiah per kilo, sekarang Rp 7.500 per kilo,” ungkap Opik. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah hingga nyaris menembus Rp 15.000, Opik memprediksi harga kacang kedelai akan naik hingga Rp 8.000-Rp 8.500 per kilogram. Untuk itulah, ia bersama sejumlah pengusaha lain akan menyiapkan stategi khusus menghadapi dampak melemahnya nilai rupiah. “Kami biasanya akan sepakat dengan pengusaha lain untuk menaikkan harga atau terpaksa mengurangi ukuran produk kami,” ujarnya. Hal senada diungkapkan pengusaha tahu yang mengaku bernama Dadang. Menurutnya, untuk menyiasati dampak kenaikan harga bahan baku kacang kedelai, pengusaha biasanya lebih memilih untuk mengurangi ukuran tahu. Pasalnya kalau langsung menaikan harga jual, biasanya konsumen akan kecewa. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: