KLHK Hitung Luas Wilayah Terkontaminasi Limbah Medis

KLHK Hitung Luas Wilayah Terkontaminasi Limbah Medis

CIREBON-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Penegakan Hukum, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa siang (18/9) kembali mendatangi Desa Panguragan Lor. Tujuannya, untuk menghitung luas yang terkontaminasi limbah medis di empat desa di Kecamatan Panguragan. Kasi Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup melalui Pengadilan, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Nining Solihah kepada Radar Cirebon mengatakan, pihaknya sengaja kembali dating ke Panguragan sebagai bagian dari tindak lanjut penanganan limbah medis. “Jadi intinya, kegiatan kami ini untuk menghitung luasan. Ini kan ada empat desa. Nah, dari empat desa ini, tidak semua terkontaminasi. Hanya lokasi-lokasi tertentu saja. Misalkan Desa Panguragan Lor kan tidak semuanya terkena limbah medis, hanya beberapa lokasi saja,” ujarnya. Menurut Nining, sebelumnya pihaknya telah melakukan clean up terkait limbah medis. Salah satu yang sudah dilakukan KLHK adalah clean up di daerah sungai. Ada penemuan sekitar 500 meter dan sudah diangkut dan diserahkan ke Indocement. Dalam kegiatan ini, pihaknya sengaja menerjunkan dua ahli berbeda untuk melakukan pemantauan secara langsung terkait limbah medis. Yang satu ahli evaluasi lingkungan yang meneliti proses kegiatan daerah rongsok yang awalnya hanya plastik, ember lalu dilakukan pemilahan-pemilahan. Kemudian melihat potret ekonomi sosial lingkungan setempat. Kemudian dari segi kesehatan, pihaknya juga membawa ahli toksikologi. Tujuannya, untuk mengetahui efek seandainya dia bekerja di lapak atau gudang-gudang tempat limbah medis tersebut. Terus dilihat juga dari segi pendapatannya, dari segi ekonominya. “Karena informasi yang kami dapatkan dari kuwu, kalau di sini 50 persen sebagai petani, 50 persen sebagai rongsok. Kedua-duanya seimbang. Jadi, kalau petani itukan setiap 4 bulan sekali panen, nah selama panen menunggu itu sampingannya adalah rongsok,” ungkapnya sembari menyampaikan, harusnya dengan adanya kegiatan rongsok ini, bisa membantu pemerintah dalam mengurangi sampah. Dari kegiatan ini, pihaknya belum bisa menyimpulkan hasilnya. Karena masih memerlukan pengkajian secara matang. Setelah dari sini, para ahli akan membuat kajian. Hal lain, pihaknya juga mengambil berbagai macam sample yang menyangkut limbah medis. “Kalau untuk sample, ahli toksikologi kita juga mengambil beberapa sample. Adapun sample yang kita pakai adalah air sumur. Walaupun sebagian besar air sumur di sini menggunakan PDAM, tetapi ada juga yang menggunakan air sumur. Nah air sumur ini yang kita analisa. Di dalam air itu mengandung apa sih,” tuturnya. Pengambilan lumpur sebagai sample juga sangat penting untuk mengetahui sejauh mana sungai dan airnya terkontaminasi limbah medis atau limbah bahaya lainnya. “Jadi seberapa kedalaman atau luasan air yang terkena limbah. Seandainya limbah ke sungai, solusinya seperti apa. Karena saya lihat di sini sungai masih digunakan untuk irigasi, dan ada juga binatang seperti entog atau lainnya yang makan di situ. Lebih miris lagi, air-air yang dari hasil cucian ini itu dialirkan ke aliran sungai atau mengalirnya ke sawah,” ungkapnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: