Tradisi Bubur Sura Keraton Kacirebonan, Kisah Nabi Nuh Dibalut Kearifan Lokal

Tradisi Bubur Sura Keraton Kacirebonan, Kisah Nabi Nuh Dibalut Kearifan Lokal

CIREBON-Keraton Kacirebonan tak pernah melewatkan tradisi bubur sura yang digelar di bulan Muharam. Peringatan tradisi bubur sura di Keraton Kacirebonan digelar Minggu (23/9). Sultan Kacirebonan Pangeran Abdul Gani Natadiningrat memimpin langsung ritual tersebut. Abdi dalem dan kerabat keraton turut menyertai. Sultan menyampaikan peringatan ini, merupakan bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT.  Peringatan bubur sura, erat kaitannya dengan sejarah Nabi Nuh AS. Yang diselamatkan oleh Allah SWT dari bencana air banjir bah. Di samping itu, tradisi bubur sura ini dirayakan juga dengan kearifan lokal salah satunya menggunakan bubur sura. Hal ini sebagai simbol filosofis dari kisah Nabi Nuh. Di mana pada saat itu Nabi Nuh dan pengikutnya dilanda bencana banjir besar dan kurang lebih selama 40 hari terombang-ambing berada di atas perahu. Dengan persediaan pangan sangat menipis, pada saat banjir surut Nabi Nuh dan para pengikutnya turun dari kapal. Kemudian Nabi Nuh membuat keputusan untuk mengolah bahan yang tersisa sedikit itu agar dicampur-campur supaya bahan pangan lain agar cukup untuk dikonsumsi orang banyak. \"Ini tradisi kita, dalam meperingati Tahun Baru Islam. Bubur sura ini punya nilai filosofis dan sejarah dan sarat dengan kearifan lokal,\" ujar Sultan, kepada Radar Cirebon. Pembuatan bubur sura sendiri, lanjut Sultan, dibuat secara khusus oleh para abdi dalem yang berpakaian hijau. Mereka tentu mendapatkan izin dulu dari Sultan untuk pembuatan bubur sura. Pembuatannya juga dipimpin oleh Gusti Ratu Kacirebonan. Setelah itu didoakan dan dibacakan tawasul bersama-sama. Kemudian bubur tersebut disantap bersama, dan dibagikan kepada warga, abdi dalem dan lingkungan sekitar. Karena hanya ada setiap setahun sekali, bubur sura selalu dinantikan oleh para wargi. Bubur ini berbeda dengan bubur lainnya dan memiliki resep khusus. Bahan-bahan utamanya, tentu saja bubur yang dibuat dengan campuran ubi, singkong dan talas. Kemudian dicampur dengan 20 jenis bahan seperti tempe goreng, tahu goreng, dadar telur, keripik kentang, timun, perkedel kentang, sambal, bistik, kemangi, kacang putih, abon, delima, jeruk bali, santan, kelapa sangrai, ebi yang dibuat seperti abon untuk ditabur, hingga cabe iris. Adanya tradisi bubur sura ini, Sultan berharap agar keberkahan selalu berada di lingkungan keraton. Termasuk juga bagi masyarakat Cirebon secara keseluruhan. \"Kita harapkan seni, budaya lokal seperti ini terus dihidupkan, selain memiliki tradisi yang sudah bertahun-tahun sejak dulu. Ini juga menjadi agenda wisata di Kota Cirebon, dan menjadi kekayaan kuliner di Kota Cirebon,\" jelasnya. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: