Pasca Gempa dan Tsunami Kini Warga Kota Palu Dihantui Lumpur Raksasa

Pasca Gempa dan Tsunami Kini Warga Kota Palu Dihantui Lumpur Raksasa

PALU - Belum selesai dikejutkan dengan gempa bumi dan hantaman gelombang tsunami, warga kota Palu kembali menyaksikan horor saat tanah tempat mereka berpijak berubah menjadi sungai lumpur raksasa. Tidak hanya itu lumpur raksasa itu menghisap dan menyeret fondasi-fondasi bangunan. Beberapa video beredar menunjukkan kengerian sungai lumpur tersebut. Kapusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengonfirmasikan bahwa telah terjadi fenomena pencairan tanah atau soil liquefaction di sebagian wilayah di Palu Selatan dan Tenggara. Sutopo menyebut, setidaknya ada 4 wilayah yang tanahnya mengalami likuifaksi. Yakni daerah sekitar Jl Dewi Sartika, di beberapa wilayah Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kecamatan Biromaru yang masuk Kabupaten Sigi, serta di Desa Sidera, Sigi. Kawasan perumahan di sekitar Kelurahan Balaroa bahkan kata Sutopo ambles puluhan sentimeter ke tanah. Dalam ilmu mekanika tanah, Soil Liquifacition adalah fenomena saat tanah kehilangan kekuatan dan kepadatannya karena saturasi dan kelembapan air yang meningkat. Konturnya berubah menjadi lembut dan bahkan cair hingga berwujud seperti lumpur. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati mengatakan bahwa Likuifaksi merupakan salah satu dari beberapa bahaya dan resiko gempa bumi. Ada setidaknya 4 bahaya gempa bumi. Pertama guncangan yang menghancurkan bangunan, kemudian keretakan dan deformasi tanah. “Lalu ada dua bahaya \'ikutan\' yakni Tsunami dan longsor atau likuifaksi tanah,” jelas Sri, Minggu (30/9). Likuifaksi ini ternyata sebelumnya sudah terjadi pasca gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu. Sri mengatakan, tim PVMBG menemukaN fenomena pencairan tanah ini di beberapa desa di Kabupaten Lombok Utara. Desa Tampes, Kecamatan Kayangan, Desa Beraringan, Kecamatan Kayangan dan beberapa desa di Kecamatan Bayan. Sri menjelaskan, pencairan atau peluluhan terjadi karena kandungan tanah yang tidak cukup solid alias lembut lalu adanya kandungan air. “Tanah kota Palu sendiri terdiri dari unsur Aluvium, semacam pasir halus. Juga mengandung jenuh air,” jelasnya. Saat terguncang gempa, kata Sri, kandungan saturasi air yang ada di tanah bagian bawah teraduk-aduk dan membuat tanah semakin lembut dan lembut. Sehingga kekuatannya untuk menopang bangunan di atasnya semakin berkurang. Sehingga fondasi-fondasi bangunan terlihat seperti tenggelam ke dalam lumpur. Bahkan terlihat terseret aliran lumpur tersebut. Menurut rekam sejarah, Likuifaksi juga terjadi pada gempa dan tsunami Jepang tahun 2011. Dalam peristiwa tsunami saat itu juga terjadi pencairan tanah di sekitar kota Tokyo. (tau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: