Suhu Panas di Surabaya Turun 2 Derajat, Cirebon Naik Terus

Suhu Panas di Surabaya Turun 2 Derajat, Cirebon Naik Terus

CIREBON-Kongres United Cities and Local Government  Asia Pacific (UCLG-Aspac) jadi ajang pembuktian Kota Surabaya. Tak sekadar sebagai tuan rumah. Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mengklaim, telah berhasil menurunkan suhu udara hingga 2 derajat celcius. Hal yang sama juga diungkapkan dalam Forum One Planet Summit di Plaza Hotel New York, 26 September. Rima juga hadir di ajang ini. Dia memaparkan, penurunan suhu ini merupakan buah dari kerja keras menata lingkungan. Surabaya kini punya 2.800 hektare hutan mangrove. Sedikitnya 45 hektare hutan kota,  35 hektare ruang terbuka hijau dan 133 hektare taman kota. Selain itu, Surabaya juga mereduksi sampah. “Program merdeka dari sampah adalah konsep terkenal di Surabaya. Mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah sampah,” ujar Risma di forum internasional itu, sebagaimana dikutip Radar Cirebon dari Official Dishub Surabaya. Lain di Surabaya, lain pula di Kota Cirebon. Suhu maksimal dan rata-rata tahunan justru menunjukkan grafik meningkat. Sekitar 1 derajat setiap tahunnya. Sayangnya, upaya rekayasa iklim secara lokal minim dilakukan. Selain ruang terbuka hijau (RTH) yang belum terpenuhi luasannya. Vegetasi peneduh jalan justru semakin menghilang. Dari pantauan Radar Cirebon,  di sepanjang Jalan Cipto Mangunkusumo, Jl Dr Wahidin Sudirohusodo, pepohonan kian tergusur oleh pekerjaan pelebaran jalan dan trotoar. Kawasan Gunungsari, Jl Karanggetas, Jl Pekiringan dan Jl Pekalangan, justru terlihat gundul. Tak punya pohon peneduh. Pegiat lingkungan dari Komunitas Clean The Clean City Herdy berharap Pemerintah Kota Cirebon mulai melakukan penataan vegetasi. Dengan upaya ini, diharapkan bisa membantu kawasan perkotaan lebih rindang. \"Sebaran pohon perlu diperbaiki. Kalau menurunkan suhu seperti Surabaya mungkin sulit. Kita rindang aja dulu deh,” tuturnya. Sejauh ini, Herdy belum melihat upaya penataan vegetasi. Justru degradasi pohon terus terjadi di Kota Cirebon. Setelah penebangan pohon-pohon besar di Jl Cipto Mangunkusumo, hal serupa terjadi Jl Nyi Mas Gandasari. Sebelumnya terjadi di sepanjang Jl Kesambi Raya (RS Ciremai), dan sejumlah ruas jalan lainnya. Ia berharap, masyarakat juga mulai memanfaatkan lahan kosong untuk turut memperbaiki minimnya vegetasi. Setidaknya dengan cara ini kota menjadi lebih rindang. Juga turut membantu mengurangi polusi udara. Sementara itu, dalam Kajian Kebutuhan dan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau yang dilakukan Universitas Pasundan mengungkapkan beberapa data menarik. Terutama ketimpangan antara penggunaan lahan, dan kawasan konservasi lingkungan. Dari data yang dipublikasikan tahun 2009 itu, luasan mangrove Kota Cirebon hanya 3,17 hektare, sementara lahan yang digunakan untuk perdagangan dan jasa 123,66 hektare, permukiman 1,298 hektare, lahan kosong 445,46 hektare dan hutan kota hanya 14,47 hektare. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: