Suhu  Panas, Waspada Miliaria

Suhu  Panas, Waspada Miliaria

Suhu udara yang lebih panas dari biasanya, dikeluhkan masyarakat Kota Cirebon. Peningkatan suhu udara ini juga bisa menyebabkan masalah kesehatan. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terpapar penyakit dan tetap bugar? “PAKAI ac, udah nggak mempan. Panasnya nggak normal,” ujar Siti Hana, salah seorang pejalan kaki di Jl Siliwangi, yang ditemui wartawan koran ini. Rekannya, Citra Puspitasari juga mengungkapkan hal senada. Pendingin udara mobil seperti tidak sanggup melawan teriknya matahari. Dua hari terakhir memang lebih panas dari biasanya. Suhu udara maksimum diperkirakan 37-38 derajat celcius. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang telah memprediksi hal ini. Titik puncak dari kulminasi matahari terjadi 11 Oktober. Sehingga sebagian besar wilayah Jawa Barat juga memasuki suhu terpanas dalam satu tahun. Cuaca ekstrem ini perlu diwaspadai masyarakat.Pasalnya ada beberapa penyakit yang bisa timbul.  Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Puskesmas Kejaksan, dr Hj Junny Setyawati MKM mengatakan, salah satu dampak dari cuaca ini adalah miliaria. Biasa dikenal dengan biang keringat. Iritasi kulit ini berupa ruam kecil berwarna merah dan menonjol. Disertai rasa gatal, serta bisa menyebabkan sensasi menyengat atau perih pada bagian kulit. “Biasanya terjadi pada bayi. Tapi orang dewasa juga bisa kena kalau cuaca sedang panas-panasnya,” ujar Junny, kepada Radar. Biang keringat biasanya muncul beberapa hari setelah seseorang terkena paparan matahari secara langsung. Kondisi ini bisa muncul di seluruh bagian tubuh, tapi sering kali muncul pada bagian wajah, leher, punggung, dada, dan bagian paha. Untuk menghindari miliaria, Junny menyarankan agar masyarakat menghindari paparan langsung matahari. Kemudian menggunakan baju yang menyerap keringat. Bila sudah terkena iritasi, bedak anti gatal bisa dipakai untuk mencegah dampaknya meluas. Saat badan berkeringat, juga tidak dianjurkan langsung mandi atau membilas dengan air. Selain menimbulkan biang keringat, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Pori-pori yang sedang terbuka, tiba-tiba tertutup ketika terkena air dingin. Hal ini cukup berbahaya untuk tubuh. \"Sebaiknya keringkan dulu. Kalau sudah berkurang, bisa dibilas air atau mandi,\" tuturnya. Saat cuaca panas ekstrem, banyak minum sangat dianjurkan agar tidak dehidrasi. Namun minuman yang diminum juga harus diperhatikan. Kurangi minum air dingin dan es, karena bisa memicu radang tenggorokan. \"Sebaiknya minum air biasa. Ciri-ciri radang ini, kalau menelan sakit,” katanya, Selain itu, untuk menjaga tubuh tetap fit, selain perbanyak minum juga dianjurkan perbanyak makan buah dan sayur. PUNCAK KULMINASI MATAHARI Meningkatnya suhu udara di bulan Oktober, merupakan hal yang lumrah terjadi. Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn menjelaskan, posisi matahari saat ini tepat berada di atas Pulau Jawa. Dampaknya, penyinarannya lebih besar. Secara otomatis mempengaruhi peningkatan suhu udara di bumi. \"Memang ada peningakatan. Normalnya maksimum itu 34-35 derajat celcius. Sekarang 37-38 derajat celcius,\" ujar Faiz, sapaan akrab Ahmad Faa Izyn. Fenomena ini disebut kulminasi utama. Puncaknya terjadi pada 11 Oktober. Di mana posisi matahari tepat berada di atas Jawa Barat. Suhu udara bisa meningkat hingga maksimum 38 derajat celcius. Kulminasi atau transit atau istiwa merupakan fenomena ketika matahari tepat berada berada di posisi paling tingggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama. Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang. Karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utara terkenal juga sebagai hari tanpa bayangan. Kulminasi ini terjadi karena bidang ekuatur bumi atau bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi bumi. Sehingga posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,50 derajat lintang utara sampai dengan 23,50 lintang selatan. Hal ini disebut sebagai gerak semu harian matahari. Pada tahun ini, matahari tepat berada di khatulistiwa pada 20 Maret pukul 23.15 WIB dan 23 September pukul 08.54 WIB. Adapun pada 21 Juni pukul 17.07 WIB, matahari berada di titik balik utara dan pada 22 Desember pukul 05.23 WIB matahari berada di titik balik selatan. Hal ini lantaran Indonesia yang berada di sekitar ekuator. Kulminasi utama di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun dan waktunya tidak jauh dari saat matahari berada di jalur khatulistiwa. Khususnya untuk Kota Pontianak yang terletak di khatulistiwa. Secara umum, kulimnasi utama di Indonesia terjadi antara 22 Februari di Kupang hingga 8 April di Banda Aceh dan 10 September di Banda Aceh sampai dengan 20 Oktober di Kupang. Di Jawa Barat sendiri, kulminasi utama terjadi 11 Oktober sekitar pukul 11.36 WIB. Faiz juga menerangkan suhu udara yang meningkat ini, juga dampak dari terjadinya puncak musim kemarau. Sementara untuk musim hujan, bakal mulai terjadi di akhir bulan Oktober atau awal November. (apr/jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: