Begini Cerita Indra soal Gempa dan Tsunami Palu

Begini Cerita Indra soal Gempa dan Tsunami Palu

CIREBON-Indra terus membaik. Pria 25 tahun asal Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, itu tak henti-henti bersyukur selamat dari gempa dan tsunami Palu. Entah kapan lagi dia akan kembali ke sana. Saat ini masih ingin bersama dengan keluarga di Cirebon. Indra masih sulit menggerakkan kaki kanannya. Bagian kulit dan daging di paha yang terkelupas cukup dalam sehingga membutuhkan waktu untuk normal kembali. “Luka di kepala di dekat mata juga sudah mendingan. Hanya bagian kaki saja yang masih sering sakit. Tapi mudah-mudahan bisa cepat pulang. Pengen di rumah,” aku Indra saat dijumpai Radar Cirebon di ruang perawatan RSUD Waled. Ia juga sempat menceritakan lagi detik-detik terjadi gempa dan tsunami. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang mengendarai sepeda motor. Indra menyusuri jalan yang berada persis di pinggir pantai. Tak lama setelah gempa, tiba-tiba ia dikagetkan dengan datangnya air yang begitu besar dan begitu cepat. “Saya naik motor, tiba-tiba situasi macet. Saya lihat ke luat, air sudah sangat dekat. Saya pasrah sambil berdoa. Saat itu seketika air melumat tubuh saya. Saya sempat tergulung dan tenggelam beberapa kali sampai akhirnya terhimpit potongan kayu besar,” katanya. Saat itu ia melihat tak jauh dari tubuhnya yang dalam kondisi terjepit, ada beberapa mayat perempuan dan laki-laki di sampingnya. Ada juga yang selamat dan berteriak minta tolong. “Tapi yang waktu itu mau menolong ketakutan, karena gempa terjadi terus menerus dan mungkin khawatir jika air datang lagi. Jadi ada yang baru angkat kayu, langsung lari begitu ada getaran,” tukasnya. Setelah terbebas dari kayu besar berkat pertolongan beberapa orang, ia kemudian mencoba beranjak ke tempat yang lebih aman. Namun, baru beberapa langkah, ia sudah tak kuat. Kakinya sudah tidak bisa digunakan untuk berjalan. “Saya ingat, saya ngesot sampai kurang lebih puluhan meter sampai ada yang nolong bawa ke rumah sakit. Posisi saya waktu itu di Mamboro, kalau tempat tinggal saya di Kampung Lere, lumayan jauh jaraknya. Saya baru bisa berkabar tiga hari setelah kejadian. Saat itu sinyal HP dan listrik belum normal,” kenangnya. Situasi panik juga dihadapi Ipah Kholifah (24) istri Indra. Terlebih ia tahu saat itu suaminya sedang berada di dekat pantai. “Jadi sebelum kejadian, suami sempat telepon temannya, katanya lagi di daerah sekitar pantai. Pas dengar info gempa dan tsunami, langsung tak ada kabar lagi. Selama tiga hari. Saya panik, khawatir terjadi apa- apa,” kata Ipah. Beberapa saudara laki-laki Indra, menurut Ipah, sempat mencari ke lokasi-lokasi sekitar pantai. Bahkan kondisi mayat-mayat yang saat itu berserakan di sejumlah lokasi diamati satu per satu. Semua demi mengetahui nasib Indra. “Sampai bolak-balik lihat mayat, cek rumah sakit, tapi gak pernah ketemu. Informasi itu baru ada tiga hari kemudian. Ada kabar dari Cirebon jika suami selamat dan saat itu ada di rumah sakit. Saya langsung ke sana. Plong hati saya setelah selama tiga hari dilanda kecemasan,” ungkapnya. Ipah sendiri sebenarnya sudah merasakan fiarsat tak beres tentang kondisi gempa yang terjadi di Palu. Pasalnya, intensitas gempa tepat setelah 10 hari ia berada di sana begitu sering. Bahkan sudah beredar informasi hari itu bahwa akan terjadi gempa besar pada malam harinya. “Siangnya sudah ramai ada informasi mau ada gempa besar, tapi tidak tahu waktunya. Kalau firasat ada. Suami waktu itu sepeda motornya kempes mendadak waktu mau berangkat. Saya sudah larang, mending di rumah saja karena perasaan saya tidak enak. Cuma waktu itu suami tetap berangkat dan katanya minta didoakan saja,” cerita Ipah. Ia pun mengaku belum tahu kapan akan kembali ke Palu untuk menjalankan kembali usaha yang sudah dirintis bersama sang suami. Menurutnya, ia akan memulihkan terlebih kondisi fisik suami di Cirebon. Mengumpulkan kembali mental usai melihat dampak gempa dan tsunami serta ribuan mayat di Palu. “Gak tahu kapan ke sana lagi. Mungkin tahun depan. Yang penting sekarang kondisi suami sehat dulu. Masalah rezeki nanti dicari bareng-bareng,” ucapnya. Indra dan Ipah sendiri kehilangan seluruh harta benda saat musibah tersebut terjadi. Termasuk kendaraan sepeda motor Supra Injection yang digunakan untuk mengantarkan pesanan dan orderan cobek ke toko-toko langganan. “Motor sudah tidak ditemukan, termasuk HP dan barang-barang lainnya. Biarlah kami ikhlas. Yang penting bisa selamat dan kumpul dengan keluarga lagi,” timpal Indra. Sementara itu, Wadir Pelayanan Medis RSUD Waled Dwi Sudarni mengatakan kondisi Indra kini terus membaik. “Bahkan jauh lebih baik. Bagian kaki juga tidak ada patah tulang, hanya luka terbuka saja. Tapi nanti untuk pastinya, kita tunggu keterangan dokter yang menangani,\" ujar Dwi. Menurutnya, pemeriksaan tidak hanya dilakukan kepada Indra, melainkan kepada seluruh keluarga korban yang datang kemarin ke RSUD Waled. “Total ada tujuh orang yang datang sekitar jam 10 malam. Semua kita periksa. Tapi yang butuh penanganan lanjutan hanya Indra. Yang lain diperkenankan pulang,” imbuhnya. Selanjutnya, jika nanti sudah memulai program rawat jalan, Indra akan diarahkan ke Puskemas Mundu yang lokasinya paling dekat dengan tempat tinggalnya untuk mengikuti program trauma healing. “Jadi nanti trauma healing dilanjutkan oleh teman-teman dari Puskemas Mundu. Ini lebih efektif karena lebih dekat dengan tempat tinggal Indra. Indra bisa datang atau nanti petugas yang ke rumah Indra. Menyesuaikan saja,” pungkas Dwi. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: