Unicef Kirim 30 Ton Bantuan Pendidikan ke Sulteng

Unicef Kirim 30 Ton Bantuan Pendidikan ke Sulteng

JAKARTA-Proses pemulihan pendidikan di Sulawesi Tengah (Sulteng) paskagempa dan tsunami terus dilakukan. Kali ini Unicef mengumumkan bantuan tahap pertama pendidikan seberat 30 ton. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan bantuan Unicef yang dikirim dari Dubai juga termasuk 65 tenda untuk ruang kelas sementara. “Proses pembelajaran yang terjadi dapat sekaligus menjadi terapi bagi anak-anak yang terdampak, serta membantu keluarga untuk bangkit kembali,” ujar Muhadjir saat menerima bantuan secara simbolis dari Unicef di Kantor Kemendikbud, Jakarta. Kata Muhadjir, Unicef bersama Kemendikbud bakal mendirikan 450 tenda yang menjadi ruang kelas sementara di Sulteng. Kata dia, standar tenda darurat milik Unicef cukup efektif dalam melangsungkan proses belajar mengajar. “Masing-masing tenda memiliki dua ruang kelas. Tenda itu baru saja tiba di Kalimantan dan akan langsung dikirimkan ke wilayah terdampak dalam beberapa hari ke depan,” jelasnya. Hingga kini data Kemendikbud menunjukan terdapat 1.149 sekolah dan sebanyak 164.651 peserta didik mulai dari pendidikan usia dini sampai menengah di empat kota atau kabupaten di Sulteng yang terdampak langsung bencana. Banyak sekolah di wilayah tersebut yang masih ditutup. Diungkapkan Muhadjir, penilaian situasi pun masih berjalan, sehingga angka-angka tersebut masih dapat berubah. \"Sejauh ini, sebanyak 19 tenda telah didirikan sebagai ruang kelas sementara. Pemulihan akses ke layanan pendidikan sangat penting, karena memberi setiap anak kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan,\" jelasnya. Perwakilan Unicef Indonesia, Debora Comini mengatakan komitmen untuk terlibat aktif memulihkan proses pendidikan di Sulteng. Bantuan pendidikan Unicef yang berstandar internasional menjadi bukti keseriusannya. “Kita tahu bahwa pendidikan adalah alat pemulihan penting dalam situasi darurat seperti ini. Saat anak-anak bersekolah dapat dirawat, dipastikan keberadaannya, dan dilindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan,\" ucap Debora. Sementara Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sudah saatnya pemerintah serius menyikapi serangkaian peristiwa bencana yang melanda. “Negara kita yang luas dengan tersebar dari dari beberapa pulau, sudah semestinya alokasi dana untuk bencana harus menjadi perhatian serius,” ungkapnya. Anggaran Rp700 miliar yang disiapkan pemerintah tahun ini tidak cukup. Akibatnya dua peristiwa bencana di Lombok dan Sulteng, cukup mengusik kesigapan timnya dalam melakukan penanganan darurat. “Soal anggaran ini pasti akan berpengaruh. Apalagi bencana di Sulteng terjadi tak lama setelah gempa di Lombok. Keduanya butuh anggaran besar untuk mempercepat proses pemulihan,” katanya. Sutopo menyarankan agar dana bencana yang mesti disiapkan pemerintah harus mencapai Rp15 triliun. Jumlah itu dinilai sangat realistis melihat dampak yang diakibatkan akibat bencana alam di Lombok dan Sulteng. “Itu kita sudah sampaikan pada pertemuan kami saat rapat di DPR. Angka itu cukup rasional, namun yang dikucurkan belum sesuai harapan,” pungkasnya. (rdi/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: