Tangkal Korut, AS Tambah 14 Interseptor
Pyongyang Juga Ancam Serang Pulau Perbatasan WASHINGTON – Tidak hanya Semenanjung Korea yang saat ini diliputi ketegangan menyusul memanasnya kembali hubungan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut). Amerika Serikat (AS) pun mewaspadai ancaman serangan nuklir yang dilontarkan pemerintahan Kim Jong-un. Menteri Pertahanan (Menhan) AS Chuck Hagel Sabtu lalu (16/3) mengumumkan rencana Washington mendukung pertahanan rudalnya. Hal itu dilakukan sebagai respons atas provokasi Korut yang pekan lalu mengancam melancarkan serangan nuklir lebih dulu terhadap AS. Menurut Hagel, Pentagon (Dephan AS) akan menambah 14 interseptor (rudal penyergap) antirudal) di kompleks pertahanan Fort Geely, Negara Bagian Alaska. Sejauh ini, AS sudah menempatkan 26 sistem pertahanan rudal (rudal interceptor) di Fort Geely dan empat lainnya di Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California. Penambahan 14 interseptor itu akan diwujudkan paling lambat pada 2017. Itu merupakan keputusan strategis pemerintahan Presiden Barak Obama pada awal periode kedua kepemimpinannya. Rencana itu juga mendahului penempatan radar pertahanan rudal kedua milik AS di Jepang. Pentagon juga menjajaki kemungkinan pendirian lokasi pertahanan baru di kawasan East Coast (pantai timur AS). Di lokasi itu, Pentagon dapat menempatkan lebih banyak interseptor untuk merontokkan rudal yang ditembakkan ke wilayah AS. Penempatan 14 rudal interseptor tambahan di Alaska akan membutuhkan dana hampir USD 1 miliar (sekitar Rp9,7 triliun) dan harus mendapat persetujuan dari Kongres. ’’Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, saya garis bawahi bahwa kita akan perkuat pertahanan dalam negeri, menjaga komitmen kita kepada mitra dan para sekutu, serta memastikan pada dunia bahwa AS bakal melawan segala bentuk agresi,’’ papar Hagel dalam jumpa pers. Pekan lalu, Pyongyang melontarkan ancamannya untuk melancarkan serangan nuklir dini terhadap AS setelah PBB menjatuhkan sanksi baru pada pemerintahan Kim Jong-un. Sanksi itu merupakan respons atas uji coba nuklir Korut pada 12 Februari lalu. Uji coba nuklir tersebut merupakan kali ketiga setelah pada 2006 dan 2009. Gertakan Pyongyang tidak berhenti sampai di situ. Korut pun mengancam melancarkan Perang Korea kedua dengan dukungan senjata nuklirnya. Selain merespons sanksi PBB, ancaman itu juga menyikapi latihan militer bersama AS dan Korsel di perbatasan Laut Kuning. Di tengah ketegangan itu, kantor berita Yonhap menyebut bahwa Korut telah menembakkan rudal jarak pendeknya ke Laut Timur (Laut Jepang) Jumat lalu (15/3). Warga Korsel yang saat ini menetap di lima pulau dekat perbatasan pun diperingatkan agar segera mengungsi menjelang ’’serangan maut’’ yang dilancarkan Korut. Situs resmi pemerintah Korut, Uriminzokkiri, minta agar warga lima pulau di selatan perbatasan itu segera angkat kaki. Mereka akan menghadapi ’’konsekuensi kehancuran’’ jika ketegangan di perbatasan meningkat menjadi konflik skala penuh. ’’Pilihan paling bijaksana saat kilat dan petir menghujani kalian adalah berlari sejauh mungkin,’’ tulis situs itu dalam editorialnya. ’’Pada saat seperti kini, yang terbaik adalah para warga di lima kepulauan, seperti Baengnyeong dan Yeonpyeong, dievakuasi secepat mungkin,’’ lanjutnya. Serangan artileri Korut atas Pulau Yeonpyeong di Laut Kuning pada 2010 telah menewaskan empat warga Korsel. Kim Jong-un belum lama ini mengancam untuk membumi-hanguskan Pulau Baengnyeong. Sejumlah pakar menilai bahwa Korut belum punya cukup kapabilitas untuk menyerang wilayah AS dengan senjata nuklir. Meski Korut sudah puluhan tahun mengembangkan teknologinya, kapabilitas mereka dinilai belum memadai. Kendati begitu, Hagel mengatakan bahwa peningkatan pertahanan AS itu sengaja dirancang untuk mengantisipasi ancaman Korut. Dia menggarisbawahi uji nuklir terbaru Korut dan peluncuran roket jarak jauhnya pada Desember tahun lalu. Analis meyakini peluncuran roket itu terkait dengan pengembangan teknologi rudal balistik antarbenua. Mantan senator Nebraska itu juga menyinggung paarde militer Korut pada April tahun lalu. Saat itu, dipamerkan rudal di atas truk militer. Hagel meyakini bahwa rudal itu merupakan rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM). ’’AS punya sistem pertahanan rudal yang bisa melindungi kami dari serangan ICBM,’’ terang Hagel. ’’Tetapi, Korut secara khusus belakangan ini telah mencapai peningkatan kemampuan. Mereka juga terlibat dalam serangkaian aksi provokasi yang tak bertanggung jawab,’’ lanjutnya. Pentagon telah menginformasikan pada Tiongkok, salah satu sekutu dekat Korut, terkait keputusannya menambah sistem pertahanan interseptor tersebut. Namun, Washington tidak bersedia untuk menjelaskan reaksi Beijing. Analis pertahanan internasional di Tokyo Hisao Iwashima menilai langkah AS bisa memicu eskalasi konflik dengan Korut. ’’Mereka kemungkinan akan membalas langkah AS tersebut,’’ ramalnya. Hideshi Takesada, ahli pertahanan asal Jepang, menyebut langkah AS itu sebagai indikasi bahwa Washington serius merespons ancaman Korut. ’’Dengan menambahkan radar di Jepang, sistem peringatan dini AS menjadi lengkap dan bisa melindungi seluruh wilayah Semenanjung Korea,’’ kata mantan huru besar Yonsei University, Korsel, itu. (RTR/AFP/cak/dwi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: