Kaledonia Baru Ogah Pisah dari Prancis

Kaledonia Baru Ogah Pisah dari Prancis

KALEDONIA BARU- Rakyat Kaledonia Baru telah menolak tawaran Prancis untuk memerdekakan wilayahnya sendiri. Hasil akhir voting menunjukan bahwa 56,4 persen pemilih lebih memilih untuk tetap menjadi bagian dari Prancis, sementara 43,6 persen lainnya memilih untuk melepaskan diri, sebuah hasil yang lebih ketat dari apa yang diprediksikan. Data menunjukan setidaknya terdapat 81 persen pemilik suara yang menggunakan haknya, dalam voting yang merupakan kesepakatan tahun 1988 guna mengakhiri kampanye kekerasan untuk mencapai kemerdekaan itu. Melihat hasil tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan jika keputusan itu, merupakan sebuah bukti nyata bahwa rakyat Kaledonia Baru, percaya terhadap kepemimpinan pemerintahan Prancis atas wilayahnya. \"Biar saya beri tahu betapa bangganya saya bahwa kami pada akhirnya, berhasil melewati langkah bersejarah ini bersama-sama,\" kata Macron dalam pernyataan resminya, mengutip BBC Senin (5/11). Dan meski referendum berlalu dengan damai, akan tetapi, kerusuhan dilaporkan sempat terjadi di beberapa lokasi, tak lama setelah pemungutan suara ditutup. Manurut laporan media setempat, beberapa unit mobil dan sebuah toko menjadi target pembakaran di ibukota, Noumea. Beberapa ruas jalan pun dilaporkan sempat ditutup oleh aksi para pengunjuk rasa. Sebelumnya, kelompok pro-kemerdekaan dikatakan mendesak agar para pemilih Kanak, masyarakat adat Kaledonia Baru yang mengisi 39,1 persen populasi, untuk bersedia melepaskan belenggu wilayah itu dari tangan pemerintah kolonial di Paris. Kaledonia Baru sendiri terkenal sangat kaya akan bahan tambang nikel, komponen vital dalam manufaktur elektronik, sebuah wilayah yang dilihat oleh Perancis sebagai aset politik dan ekonomi strategis. Andaikan wilayah itu sepakat untuk memerdekakan dirinya, maka Kaledonia baru akan menjadi wilayah Prancis pertama yang memisahkan diri sejak Djibouti pada 1977 dan Vanuatu di tahun 1980 lalu. Prancis menglaim wilayah ini pada tahun 1853 dan sempat menggunakannya sebagai koloni tahanan. Pada 1980-an pernah terjadi bentrokan antara pasukan Prancis dan masyarakat adat Kanak. (ruf/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: