Kembar Siam Berhasil Dipisah

Kembar Siam Berhasil Dipisah

Banyak Kelainan, Operasi Fenia Lebih Lama SURABAYA - Kerja keras tim Pusat Penanganan Bayi Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD dr Soetomo selama sekitar tujuh jam di ruang operasi membuahkan hasil. Kembar siam dempet dada bawah dan perut asal Ponorogo, Fania Agya Putri Aurora dan Fenia Agyi Putri Aurora, kemarin (20/3) berhasil dipisahkan dengan selamat. Kini, mereka ditempatkan di ruang ICU lantai 2 Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo untuk pemulihan. Operasi pemisahan kembar siam xipho-omphalopagus itu dilakukan PADA Selasa (19/3) sekitar pukul 21.00 dengan melibatkan seluruh tim PPKST. Penanganan Fania selesai Rabu dini hari (20/3), sekitar pukul 01.30 dini hari. Sedangkan Fenia baru selesai pukul 03.30. \"Ini karena kelainan yang dialami Fenia lebih berat,\" ujar ketua tim PPKST dr Agus Harianto SpA(K). Saat dioperasi, saturasi atau kadar oksigen dalam darah Fenia turun hingga di bawah 60 persen. Otomatis tim dokter harus menunggu kondisnya stabil lebih dulu. Kondisi itu pula yang menyebabkan penanganan Fenia lebih lama dibanding Fania. Penurunan kadar oksigen dalam darah itu ini sempat membuat tim dokter waswas. Selain harus berpacu dengan waktu untuk operasi pemisahan, tim dokter juga khawatir terhadap tiga kelainan jantung yang diderita Fenia. Jika timing-nya tidak tepat, bisa-bisa Fenia gagal diselamatkan. Masalah paling berat dalam operasi Fenia adalah adanya kelainan bawaan berupa omphalocele. Yaitu dinding perut gagal tumbuh. Imbasnya, usus tidak bisa dimasukkan seluruhnya ke dalam rongga perut. \"Dampak dari omphalocele ini, bekas luka Fenia cukup lebar. Yaitu sekitar 12x14 sentimeter,\" kata spesialis bedah anak dr Purwadi SpBA(K) yang ikut dalam tim operasi pemisahan. Untuk menutup bekas luka dan memasukkan usus, Fenia diberi perikat dari bahan sintetis. Sekarang defect atau bekas lukanya tinggal 9 x 8 sentimeter. Kondisi itu berbeda dengan Fania yang kulitnya tumbuh dan bisa menutup sempurna. \"Kesulitan terberat di operasi ini ya pada omphalocele ini,\" ujarnya. Purwadi mengatakan, persoalan-persoalan lain dalam operasi tersebut sudah tidak terlalu menjadi masalah. Sebab tim kembar siam RSUD dr Soetomo sudah terbiasa melakukan pemisahan. Termasuk di antaranya memisahkan liver Fania dan Fenia yang dempet. Untuk kelainan jantung yang dimiliki Fenia, tim dokter untuk sementara tidak bisa berbuat banyak. Fania yang hanya mengalami satu kelainan jantung, yaitu atrial septal defect (ASD). Kelainan itu bisa menutup sendiri dengan dibantu obat-obatan.  Sedangkan Beda dengan Fenia menderita tiga kelainan sekaligus. Yakni ASD, patent ductus arteriosus (PDA) dan transposition of the great arteries (TGA). PDA adalah tidak menutupnya pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonalis, sedangkan TGA merupakan kondisi di mana pembuluh darah besar terbalik. Biasanya, harapan hidup pasien TGA kecil. Pada orang normal, darah kotor dari seluruh tubuh masuk ke serambi dan bilik kanan, kemudian ke paru-paru. Darah yang bercampur oksigen itu disaring dan masuk ke serambi dan bilik kiri jantung, kemudian masuk ke seluruh tubuh. Pada kasus TGA, darah kotor dari seluruh tubuh masuk ke serambi dan bilik kanan jantung, kemudian dialirkan ke seluruh tubuh lagi tanpa melewati paru-paru. Sedangkan di serambi dan bilik kiri, darah bersih berputar terus menerus. Tekanan di serambi dan bilik kiri ini lebih besar. Jika berlarut-larut maka paru-paru lama-lama bisa jebol. Biasanya pasien TGA hanya bertahan dalam hitungan bulan. Pada kasus Fenia, dia terselamatkan dengan adanya kelainan ASD yang dimiliki. Jadi sebagian darah bersih masih ada yang tercampur ke serambi kanan jantung. Dengan begitu, tekanan di bagian kiri menjadi tidak terlalu besar. \"Itu kuasa yang di atas (Tuhan, red),\" ujar Purwadi. Jika Fenia bisa selamat dan bertahan hidup hingga besar, bisa dibilang itu suatu keajaiban. Operasi TGA sebenarnya bisa dilakukan, namun harus menunggu Fenia cukup besar dan kondisinya stabil. Saat ini, Fania dan Fenia masih dalam masa kritis. Paling tidak mereka harus melalui masa kritis selama tujuh hari. Setelah itu, keduanya tetap diobservasi secara ketat karena ada kemungkinan luka bekas operasi mengalami infeksi. Tim dokter sudah menggunakan teknologi semacam vakum untuk menghilangkan ribuan kuman, namun peluang terkena infeksi masih tetap ada. Kembar siam Fenia dan Fania yang masih berusia 19 hari harus dipisahkan dengan operasi emergency. Ini dikarenakan kondisi Fenia yang mengalami tiga kelainan jantung kerap naik turun. Jika tidak dipisah, ditakutkan ketika kondisi Fenia drop, maka Fania akan ikut meninggal. (sha/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: