85.000 Anak di Yaman Mati Kelaparan

85.000 Anak di Yaman Mati Kelaparan

SANAA - Sekitar 85.000 anak-anak di bawah usia lima tahun di Yaman diduga mati akibat kelaparan yang disebabkan oleh perang sipil. Demikian laporan temuan yang disampaikan Save the Children, badan amal yang mendesak gencatan senjata untuk mencegah lebih banyak korban jiwa. Angka tersebut merupakan perkiraan konservatif berdasarkan data PBB mengenai gizi buruk akut yang telah menimpa lebih dari 1,3 juta anak sejak konflik antara pemberontak Houthi dan koalisi pimpinan Saudi yang dimulai pada tahun 2015 lalu. The Guardian melansir, setidaknya terdapat 14 juta orang atau separuh penduduk Yaman saat ini sedang menghadapi risiko kelaparan. Sebagian besar karena blokade perbatasan Saudi yang memang dirancang untuk melemahkan Houthi sehingga membatasi akses sipil untuk mendapatkan makanan, bahan bakar, bantuan dan barang-barang komersial. Rasa takut penduduk sipil Yaman sendiri dilaporkan meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini disebabkan oleh eskalasi pertempuran di sekitar kota pelabuhan Laut Merah di Hodeidah, di mana 80 persen impor berlangsung. Menurut Suad, salah satu ibu yang anaknya sedang diperbaiki gizinya oleh organisasi Save the Children, masalah kelaparan ini telah membuat hidup mereka dalam penderitaan. “Perang ini membuat saya takut dan khawatir jik akita tidak akan punya makanan. Kondisi ini menyedihkan. Saya tidak bisa tidur, tersiksa, dan saya khawatir nasib anak-anak saya. Saya tidak bisa hidup jika bahaya menimpa mereka,\" kata Suad. Perlu diketahui, kekerasan baru-baru ini terjadi di Hodeidah dan telah memaksa Save the Children mengalihkan pengiriman melalui Aden. Hal ini menyebabkan penundaan pengiriman bantuan hingga dua minggu lamanya. Menurut juru bicara Save the Children, Bhanu Bhatnagar, konflik ini telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk mendorong sebuah negara, menuju jurang kelaparan. “Kekerasan telah mengganggu produksi makanan, menghancurkan rumah sakit dan pusat kesehatan. Hambatan untuk mengimpor dan mendistribusikan pasokan (makanan) telah sangat membatasi jumlah makanan yang masuk,\" ungkap Bhanu. Akibatnya, lanjut dia, orang biasa tidak dapat membeli makanan yang tersedia di pasaran, karena gaji mereka belum dibayar selama berbulan-bulan. Mata uang yang jatuh juga memperburuk kondisi negara tersebut. Utusan khusus PBB untuk Yaman dilaporkan telah meminta pihak yang bertikai untuk menghadiri pembicaraan damai pada akhir November ini, setelah sebelumnya gagal mencapai kata sepakat pada September lalu. (ruf/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: