Telat Panen, Harga Cabai Melonjak

Telat Panen, Harga Cabai Melonjak

\"images\"JAKARTA - Setelah krisis bawang putih mereda, kini giliran harga cabai yang merangkak naik. Di pasaran, harga cabai saat ini mencapai Rp50 ribuan, padahal biasanya sekitar Rp28 ribuan. Menurut Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini, kenaikan harga cabai itu karena masa panen yang mundur. \"Awalnya pembibitan dimulai Januari lalu, dan bisa dipanen Maret atau April. Karena ada banjir rusak semua, jadi mulai pembibitan Febuari. Itu bisa dipanen sekitar Mei nanti,\" terangnya kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group) saat dihubungi kemarin. Stok cabai yang menipis, lanjut Benny, membuat pedagang kesulitan mendapat pasokan dan harga pun naik. Ia memprediksi harga cabai nanti, bisa menyamai harga bawang ketika naik kemarin atau mencapai Rp80 ribu. Tapi bakal kembali normal seiring dengan masa panen. Selain itu, dia juga mencatat, produksi cabai tahun ini bakal menurun, karena cuaca ekstrem yang terjadi. Berdasarkan laporan dari beberapa sentra cabai yang ia hubungi, penurunan luas area panen saat ini sudah mencapai 40 persen. Sehingga, ia memprediksi hasil panen itu bisa dinikmati hingga Agustus mendatang. \"Bulan berikutnya sudah musim kemarau, jadi harga bakal kembali naik,\" ujarnya. Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, lonjakan harga cabai mulai terjadi minggu kemarin. Saat ini, rata-rata harga cabai di wilayah Jabodetabek mencapai Rp45-50 kg per kilogram. Kenaikan harga cabai baru terjadi pada jenis cabai rawit. Sementara cabai jenis lain masih normal. Misalkan saja cabai merah keriting masih berkisar Rp22 ribuan. Namun berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kenaikan cabai bersifat menular. \"Jika satunya naik, pasti lainnya bakal ikut naik juga,\" katanya. Menanggapi lonjakan harga cabai, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku, saat ini pihaknya sedang memeriksa lebih lanjut demand dan supply cabai. Untuk itu, pihaknya bakal mengumpulkan data dari distributor dan pelaku usaha lainnya untuk mengecek pasokan. Jika memang dinilai kurang, akan dikaji lagi apakah perlu mengimpor. Namun Gita berharap itu tak perlu diilakukan. Menurut Gita, penyikapan komoditas cabai berbeda dengan bawang. Selama ini, cabai dipenuhi produksi dalam negeri, sedangkan bawang putih 95 persennya diimpor. Prediksinya, harga cabai yang saat ini terjadi lebih pada masalah produksi. Cuaca ekstrem yang melanda awal bulan lalu membuat keterlambatan panen. \"April nanti di Brebes sudah panen, sehingga harga akan turun. Dan Mei akan lebih banyak lagi yang panen,\" terangnya. Ia menambahkan, harga cabai yang saat ini sedang merangkak naik lebih berbahaya ketimbang harga bawang. Sebab, dalam porsi penyumbang inflasi, kontribusi cabai lebih besar dibanding bawang. \"Jika ini terus terjadi, bisa berbahaya terhadap inflasi Maret. Akan kami hitung seperti apa bobotnya,\" terangnya saat ditemui di kantornya kemarin. Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi  mengimbau, pemerintah segera bertindak cepat menyikapi harga cabai sebelum terlambat seperti bawang. \"Saya pikir sebaiknya dilakukan impor,\" terangnya. Kenaikan harga cabai akan memberikan dampak yang cukup signifikan terutama bagi kalangan pengusaha yang bergerak di bidang makanan. (uma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: