Biar Yakin, Gedung Setda Pemkot Cirebon Dites Beton Lagi

Biar Yakin, Gedung Setda Pemkot Cirebon Dites Beton Lagi

CIREBON–Gedung Sekretariat Daerah (Setda), merampungkan uji kelayanan. Termasuk pengujian kualitas beton. Rangkaian tes ini dilakukan konsultan Manajemen Konstruksi  (MK) dari PT Bina Karya Utama. Namun, untuk meyakinkan bahwa pembangunan Gedung Setda memiliki beton yang berkualitas, Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) melakukan tes beton lagi. “Nggak ada salahnya kan dites lagi? Ini buat pembanding,” ujar Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Gedung Setda, Pungki Hertanto kepada Radar Cirebon. Tes yang dilakukan MK menggunakan alat manual. Hasilnya sudah keluar. Tes dengan melibatkan Politeknik Bandung (Polban) ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan. Sekaligus meyakinkan bahwa gedung delapan lantai tersebut betonnya sesuai standar. \"MK pakai alat hammer test. Alat ini sudah lama dipakai untuk uji tes beton bangunan, metode ini bisa menghasilkan data yang dibutuhkan tentang kekuatan beton,\" kata Pungki. Polban dipilih untuk uji beton, karena punya alat baru. Yang lebih canggih. Hasilnya juga punya tingkat akurasi yang tinggi. Pungki menyebutkan, kedua hasil tes ini bukan sekadar sebagai pembanding. Tapi saling memperkuat dan melengkapi. DPUPR juga sudah menyiapkan anggarannya. Tinggal pelaksanaannya saja. Diperkirakan, pekan kedua Desember dari polban sudah merapat ke Cirebon. Pantauan Radar Cirebon, kontraktor PT Rivomas Pentasurya masih melakukan perbaikan kecil pada beberapa bagian. Pemeliharaan dan perbaikan ini merupakan rekomendasi dari MK. Sementara Pemerintah Kota Cirebon masih belum membayarkan kontrak sekitar Rp34 miliar dari nilai keseluruhan Rp86 miliar. Seperti diketahui, konsultan MK telah menyatakan gedung delapan lantai itu layak pakai. Kesimpulan itu diambil dari serangkaian tes yang dilakukan dalam rentang waktu hampir sebulan terakhir. Konsultan MK PT Bina Karya Utama Herry Mujiono mengatakan, tes yang dilakukan berkaitan dengan struktur, keamanan hingga kualitas beton. Indikator hasilnya menunjukkan komponen gedung layak fungsi. “Tes ini kita lakukan bukan hanya MK. Ada instansi lain yang terlibat. Semuanya menyatakan layak,” ujar Herry. Pada uji coba struktur tes beton, dengan range penilaian 250-300, didapat angka 279 untuk kekerasan beton di tiap lantainya. Untuk tes pada tiang pancang dengan penetapan nilai 600, setelah dites hasilnya antara 550-580. “Angka ini cukup aman. Di atas batasan toleransi 85 persen,” ucap Herry. Batasan standarisasi itu mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) – American Concrete Institute (ACI). Yakni SNI 03-4806-1998, 03-4807-1998, 03-4808-1998 dan 03-4810-1998. Metode ACI sendiri mensyaratkan suatu campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya. Tetapi tetap memperhatikan ketersediaan bahan-bahan di lapangan. Kemudahan pekerjaan, serta keawetan kekuatan dan pekerja beton. Cara ACI melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan (workability). Ditanya apakah ada catatan atau kekurangan yang harus diperbaiki? Herry tak menampik hal ini. Sebab, setiap dalam penilaian ada saja kekurangan. Pada Gedung Setda, kekurangan itu tidak terlalu krusial, hanya dari aspek kerapihan, beberapa perbaikan pada plafon dan pengecatan ulang. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: