Gerakan Malam Rabu Bersama Buku, Dilarang Pegang Smartphone, Cuma Boleh Kongko dan Baca Buku

Gerakan Malam Rabu Bersama Buku, Dilarang Pegang Smartphone, Cuma Boleh Kongko dan Baca Buku

CIREBON-Dunia daripada manusia modern, tidak hanya di depan mata kepalanya. Ada di genggaman tangan. Alam maya. Yang hadir di mana saja. Di tengah kerumunan dan percakapan sejawat sekalipun. Kumpul tapi sibuk dengan gawai masing-masing. Tak ada obrolan. Intensitas komunikasi fisik yang kian berkurang. Digantikan semarak alam maya.  Dari sana, ide nyeleneh ini muncul. Fajar Rahmawan bersama dua teman lainnya. Alumni IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang kemudian menuangkan idenya tersebut jadi suatu gerakan. Gerakan Malam Rabu Bersama Buku, namanya. Gawai wajib dimatikan. Dikumpulkan di depan. Sambil kumpul, silakan berbincang. Juga baca buku.  Aturan main ini yang jadi pegangan Gerakan Rabu Bersama Buku. “No handphone,” kata Fajar, inisiator gerakan ini. Perkumpulan ini, berawal dari perteman biasa. Hanya tiga. Dari obrolan kecil, tentang keprihatinan manusia modern yang antisosial. Gagasan membaca buku yang kemudian terlintas . “Just focus on your book. Ya sesekali boleh pegang handphone,” tuturnya. Gerakan yang satu ini sudah berjalan lima pekan. Yang turut serta lumayan juga. Di pekan pertama, 30 orang terkumpul. Pekan kedua 40 orang. Pekan ketiga 50. Dan bertahan hingga saat ini. Dari situ, Fajar memahami. Soal gawai yang mendistorsi interaksi fisik, rupanya jadi kekhawatiran banyak orang. Peserta gerakan ini, buktinya malah larut membaca buku. Sembari bercengkrama kecil. Tanpa handphone. \"Rata-rata yang ikut itu mahasiswa. Mereka mau ikut gerakan ini,” ucap Fajar. Kenapa memilih buku sebagai ”pelarian” dari handphone? Fajar punya alan kuat. Ia banyak membaca artikel seputar minat baca. Yang angkanya rendah, untuk kalangan anak muda Indonesia. Termasuk di Cirebon tentunya. Lewat gerakan literasi ini, diharapkan masyarakat kembali ke buku. Mengurangi ketergantungan pada telepon pintar.  Dalam setiap pertemuan, durasinya pun tak lama-lama. Hanya dua jam saja. Mulai pukul 20.00 sampai 22.00. Dalam rentang waktu itu pula, mereka puasa dari telepon selular. “Mudah-mudahan, membaca bisa jadi kesadaran kolektif. Ini ikhtiar kecil dari kami,” tuturnya. Setiap pekanmayoritas yang mengikuti gerakan ini membawa bukunya masing-masing. Meneruskan bacaan di rumah. Mengapa dipilih kafe sebagai tempat gerakan ini dilakukan? Fajar punya tujuan sendiri. Agar masyarakat terbiasa dengan membaca. Juga membawa hobi membaca ini ke berbagai tempat, termasuk tempat tongkrongan. Fajar dan teman-teman lainnya biasa menggelar gerakan yang satu ini di Jawanecoffe. Bukan hanya di Cirebon, gerakan serupa juga digelar di Kabupaten Ciamis. Mereka juga teman-teman dalam lingkup pergaulannya. Satu perjuangan, mencoba menggalakan budaya membaca. Meski kecil-kecilan, Fajar berharap Gerakan Malam Rabu Bersama Buku ini bisa menginspirasi dan mengajak masyarakat, khususnya generasi muda kita untuk kembali membaca buku. (myg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: