Musim Angin Barat, Paceklik bagi Nelayan

Musim Angin Barat, Paceklik bagi Nelayan

CIREBON - Memasuki musim angin barat atau gelombang besar dan curah hujan tinggi, warga yang mayoritas bermata pencarian sebagai nelayan di Kawasan Pesisir Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, mengalami musim paceklik. Kondisi tersebut, dimanfaatkan warga untuk melakukan pembenahan atau perbaikan perahu dan jaring penangkap ikan. Bahkan, warga memilih bekerja serabutan. Misalnya sebagai kuli bangunan, mencari barang bekas, atau mengayuh becak. Seperti yang dialami Turah (48), salah satu nelayan di Desa Pesisir. Dikatakan Turah, memasuki musim peralihan atau pancaroba, membuat aktivitasnya sebagai nelayan terganggu. Kondisi tersebut, secara otomatis menurunkan perolehan tangkapan ikan yang biasa didapatkan. Namun begitu, ada saja beberapa nelayan yang nekat berlayar demi mendapatkan penghasilan. “Sekarang lagi kosong gak ada penghasilan. Ya, bekerja apa aja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Seperti kuli bangunan, ngayuh becak, atau rongsok (mengumpulkan barang bekas, red),” papar Turah kepada Radar Cirebon, Sabtu (8/12). Dibeberkan Turah, dalam satu tahun terdapat 3 musim yang dialami nelayan, diantaranya musim kemarau, musim angin barat, dan musim angin timur. Untuk mengisi kekosongan, lanjut Turah, selain bekerja sebagai serabutan saat memasuki musim angin barat, para nelayan memanfaatkannya dengan memperbaiki kapal dan jaring. “Satu musim tiga sampai empat bulan berlangsung. Kalau peralihan atau memasuki angin barat seperti sekarang, perahu nelayan di dok untuk diperbaiki seperti pemakuan atau perbaikan jaring,” lanjutnya. Hal itu dilakukan, untuk menyambut musim panennya nelayan atau setelah musim angin barat berlangsung. Sehingga, saat berakhirnya musim angin barat tersebut, para nelayan telah siap dengan perahu dan jaringnya yang telah mereka perbaiki. “Berakhirnya musim angin barat, itu masa panennya nelayan. Gelombang juga teduh, berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang meningkat. Jadi, angin barat atau musim hujan dengan gelombang yang besar digunakan masyarakat sini untuk pembenahan perahu atau perbaikan jaring,” tukasnya. Para nelayan di daerahnya biasa mengarungi perairan Indramayu Jawa Barat dan Tegal Jawa Tengah sejauh 40 mill dengan waktu tempuh 5 hingga 6 jam. Mereka berlayar pada umumnya dalam waktu dua hari dua malam. Nelayan lain, Sumarsono (49), saat diajak berbincang mengatakan, cuaca tidak menentu seperti sekarang kerap menghantui nelayan ketika sedang berlayar. Meski begitu, kondisi tersebut sudah biasa dialami dirinya. “Kadang kalau sudah sampai tengah laut cuaca yang tadinya terang mendadak mendung dan hujan besar. Mau gimana lagi, gelombang gede, angin gede udah jadi resiko,” papar Sumarsono. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: