Dewa Budjana Gaet Musisi Dunia Rilis Album Mahandini

Dewa Budjana Gaet Musisi Dunia Rilis Album Mahandini

MUSISI yang juga gitaris grup band Gigi, Dewa Budjana kembali menggaet musisi dunia di album ke-10 yang bertajuk \"Mahandini\". Dalam album ini berbeda dari sebelum-belumnya, yakni dipadukan dengan karakter vokal dan musik lebih keras. Sejak tahun 2002 sejumlah album Dewa Budjana dibuat di Amerika Serikat dengan berkolaborasi dengan musisi AS. Mereka adalah Jordan Rudess (keyboards), Marco Minnemann (drums), Mohini Dey (bass, konokol), Mike Stern (guitar), John Frusciante (vokal), Soimah Pancawati (vokal). Jordan Rudess adalah pemain keyboards dari Dream Theater. Marco Minnemann, drummer kelahiran Jerman yang cenderung bermain metal sampai rock progresif. John Frusciante, vokalis, gitaris yang pemah bergabung dengan Red Hot Chilli Peppers. \"Ini termasuk hal unik dalam kedekatan saya dengan John Frusciante. Karena jarang ada yang bisa ngajak dia kerja bareng,\" kata Budjana pada peluncuran album \"Mahandini\" di Queens Head Kemang, Jakarta, Senin (10/12). Kemudian ada Mike Stern, gitaris jazz yang pernah mendukung legenda jazz Miles Davis. Serta Soimah Pancawati, pesinden kontemporer dari Yogyakarta. Mohini Dey pemain bas muda 22 tahun asal India yang boleh dibilang sedang naik daun di pelataran musik dunia. Antara lain pernah bermain dengan drummer Dave Weckl, dan sepanggung dengan bassist kondang John Patitucci serta Abraham Laboriel. Komposisi musisi yang yang terlibat memang unik. Mereka berasal dari beragam latar belakang genre musik yakni jazz, rock, metal, progresif rock, dan karawitan Jawa. Mereka masing-masing mempunyai pengalaman dan jam terbang tinggi dari kelompok musik yang pernah mereka dukung. Jordan Rudess dari Dream Theater, Red Hot Chilli Peppers, sampai Dave Weckl dari kelompok jazz sekelas Miles Davis. Mereka datang dari latar budaya yang berbeda, yakni ada dari Amerika Serikat, Jerman, India, Bali, dan Jawa. Pertemuan lintas genre dan budaya yang beragam ini sedikit banyak memengaruhi warna album \"Mahandini\". Sejak 2002 Budjana membuat rekaman dengan musisi jazz AS seperti Peter Erskine, Jimmy Johnson, Vinnie Colaiuta, Tony Levin, Gary Husband, Antonio Sanchez, dan Jack de Johnette. \"Kali ini pengen beda aja, gimana jadinya komposisi-komposisi saya direspons oleh musisi prog rock. Berbeda dengan album sebelumnya, di album ini ada beberapa lagu yang vokal dan karakter musiknya lebih keras,\" kata Budjana. Lantas mengapa memilih musisi asing, apakah ada unsur gengsi? \"Ini bukan golek-golek (mencari-cari), tapi lebih kepencarian, bukan gengsi-gengsian..,\" ungkapnya. Pemilik nama asli I Dewa Gede Budjana ini juga tidak asal comot musisi bule. Ia mempertimbangkan musisi berkelas sekaligus ingin belajar. \"Sekalian juga saya ingin belajar dari mereka,\" lanjut pria 30 tahun ini. Budjana berkolaborasi dengan musisi tersebut karena ia ingin mencari tantangan kreatif. Ia ingin menjajal wilayah estetik yang ditawarkan oleh seniman yang ia ajak bermain bareng. Boleh dikatakan, antara Budjana dan musisi kawan mainnya itu saling menawarkan kemungkinan kreatif. Dengan latar belakang yang berbeda-beda masing-masing seniman menginterpretasi komposisi karya Budjana. Album direkam dengan format live di Los Angeles. Kemudian ada penambahan overdub satu lagu oleh Mike Stern pada gitar. Juga penambahan vokal Soimah yang menyanyikan satu lagu Hyang Giri karya Budjana, dengan lirik yang ditulis Soimah. Hyang Giri atau Sang Gunung bertutur tentang kebesaran gunung-gunung di Tanah Air kita,\" kata pria kelahiran Sumatera Barat ini. Lebih lanjut Budjana menjelaskan, proses album ini mulai dari pengiriman notasi ke masing-masing musisi hingga pembuatan album Mahandini. \"Saya mengirim notasi, dan sample musik ke masing-masing musisi. Dari situ, mereka sudah mempunyai bayangan tentang komposisinya. Setelah itu kita ketemu di studio langsung jreng,\" imbuhnya. Yang terjadi selebihnya adalah pertemuan, dialog, Budjana dengan masing-masing musisi tersebut dengan bahasa musik, langsung di studio. Mereka merekam secara live, dan seluruh rekaman harus selesai dalam waktu sehari karena argo studio berlalu. \"Artinya, jam terbang sangat berperan dalam proses rekaman. Diperlukan kesungguhan, konsentrasi, dan spontanitas agar dialog atau komunikasi antar seniman dengan bahasa musik itu nyambung,\" jelasnya. Budjana mengaku selalu ada kejutan dari pertemuan dengan masing-masing musisi itu. Apa yang ia rancang di atas kertas, akan menghasilkan musik yang tidak diduga sebelumnya. Biasanya, dari pengalaman selama ini, yang paling mengejutkan itu datang dari drum. \"Yang aku bikin di bayanganku itu akan menjadi kejutan baru. Interpretasi mereka bisa sangat berbeda. Di situ kerasa banget berbeda dengan ekspektasi. Dan itulah yang aku pengin,\" kata Budjana. Itulah musik komunikasi antarrasa. Bukan sekadar yang tertulis di notasi, tapi juga apa yang tergambar di benak dan rasa musisi saat bermain bersama. Masing-masing musisi saling mendengar dan merespons secara spontan. Mereka merespons materi yang sama dengan ekspresi personal masing-masing. Dan itulah makna kolaborasi dalam album-album Budjana, termasuk Mahandini. Mahandini merupakan gabungan dari dua kata yaitu Maha dan Nandini. Maha berarti besar, dan nandini adalah kendaraan, dalam hal ini adalah sapi kendaraan dewa Syiwa. Mahandini bisa diartikan sebagai kendaraan yang maha, atau besar. Kendaraan dalam konteks album ini adalah musisi dengan nama besar seperti Jordan, Marco, Soimah, Mohini, Mike Stern, Frusciante. \"Semoga album Mahandini sesuai dengan namanya, kendaraan yang maha, bisa berjalan dan berpengaruh ke semua telinga yang mendengar, dan segala perbedaan suku, genre di album ini bisa jadi contoh keharmonisan manusia,\" jelas Budjana. Produser album Mahandini adalah Dewa Budjana sendiri. Serta Jimmy Haslip untuk dua lagu. Sebagai Excecutive Producer adalah Lemmy Ibrahim dan Djundi Karjadi. Di Indonesia, album ini bisa didapatkan via Bukalapak, di USA via Moonjune records, di Jepang via King Records, di Eropa khusus Vinyl via F22 Freiland. Dan tentunya di semua digital platform. Mahandini juga akan diluncurkan pada 20 Desember di Sangkring Art Space, Nitiprayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Jogjakarta. Khusus untuk peluncuran di Jogyajakra, peluncuran akan disertai pameran seni rupa karya 55 perupa. Mereka merespons ide yang mendasari album Mahandini. (dim/din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: