Pariwisata Kota Cirebon “Duetkan” Kampung Arab dan Pecinan

Pariwisata Kota Cirebon “Duetkan” Kampung Arab dan Pecinan

CIREBON-Cirebon menjadi ikon pariwisata di gerbang timur Jawa Barat. Wilayah yang memiliki 37 km persegi ini memiliki karakteristik dan corak budaya dan sejarah yang kuat. Keterbukaan masyarakatnya yang berada di daerah pesisir pantai utara dengan pintu masuk pelabuhan, membuatnya menjadi daerah yang memiliki budaya beranekawarna. Tak heran jika kota ini juga memiliki kawasan Kampung Arab Panjunan dan Pecinan di Lemahwungkuk. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kota Cirebon Arif Kurniawan ST menyebutkan, dua kawasan kampung Arab Panjunan dan Pecinan yang berada di wilayah Lemahwungkuk masuk dalam road map pengembangan pariwisata di Kota Cirebon. Dalam road map tersebut, pihaknya sudah menetapkan delineasi (gambar, peta) kawasan Kampung Arab dan Pecinan. Mulai dari Jl Pekarungan dan Jl Panjunan yang dihuni oleh komunitas Arab, serta Jl Pasuketan, Lemahwungkuk, dan Kanoman yang dihuni komunitas Tionghoa. Dalam kawasan kampung Arab misalnya, memiliki bangunan Masjid Merah yang ikonik. Saat bulan Ramadan, ada penyajian kopi Arab yang sangat khas. Juga kultur dan keturunan Arab yang masih mendiami dan mewarnai kawasan tersebut. “Tinggal kita sebetulnya, di kawasan tersebut perlu ada penanda. Misalnya berupa gerbang selamat datang. Sebagai identitas kawasan. Dan perlu mengisi event budaya di situ,” ucapnya. \"\"Tak kalah menarik, lokasi kawasan Pecinan yang berdiri banyak bangunan kelenteng. Mulai dari Kelenteng Dewi Welas Asih, Kelenteng Talang, dan juga Kelenteng Winaon. Di sana juga, setiap tahunnya ada event Cap Go Meh dan perayaan Imlek. Tentu potensi ini tak bisa dilewatkan begitu saja. Sehingga kawasan Kampung Arab dan Pecinan masuk menjadi bagian perencanaan pengembangan pariwisata yang berbasis budaya. “Di kawasan itu (Kampung Arab dan Pecinan, red) kan bisa dikembangkan budaya ya. Di sana ada keraton, situs, masjid kunok dan juga perkampungan,” ulasnya. Dijelaskan Arif, rencana penataan Kampung Arab Panjunan dan Pecinan masuk dalam program jangka menengah tahun 2019-2023. Seperti Pembangunan Gapura Masuk Kota dengan Model Khas Cirebon \"Candi Bentar-Bata Merah\", Pembangunan Gapura Masuk Kota Pusaka (Kompleks BAT Kebumen), Penataan Kampung Arab dan Pecinan melalui pembangunan Gapura Penanda, hingga penyiapan pembangunan lokasi parkirnya. “Realisasinya itu masuk rencana jangka menengah,” ucap Arif. Terpisah, Sekretaris Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP) Kota Cirebon Edi Bagja Rohaedi menyebutkan rencana penataan kampung Pecinan dan Arab Panjunan itu sebetulnya sempat dibahas Tim Kota Pusaka. Kota Cirebon sendiri sejak tahun 2013, sudah ditetapkan menjadi bagian dari jaringan kota pusaka se-Indonesia. Hanya saja, rencana aksi kota pusaka yang sudah berjalan seperti pemakaian ikat Cirebon dan juga pembangunan gapura bentar itu sempat terhenti. “Tentu apabila ini bisa diwujudkan, kita sangat menyambut baik. Itu kan bagus untuk pengembangan destinasi wisata berbasis budaya dan kekhasan yang ada di wilayah tersebut,” jelasnya. Dikatakan Edi, untuk konsep desain sendiri, sebetulnya hal itu lebih erat kaitnnya dengan dinas-dinas teknis. Sebab dalam merealiasaikan itu, terutama dalam pembangunan infrastruktur dan penunjang, butuh juga peran SKPD lain. “Misalnya PU untuk membangun infastruktur, kemudian yang kita lakukan hanya bisa untuk mengembangkan potensi wisata dan budaya yang ada di kawasan tersebut,” ulasnya. Dikatakan, pihaknya saat ini tengah mengumpulkan event-event budaya di Kota Cirebon untuk dijadikan kalender event budaya. Kampung Panjunan dan Pecinan, sejauh ini punya corak budaya yang kuat di tengah masyarakat Cirebon yang majemuk. Misalnya saja tradisi Kirab Cap Go Meh dan perayaan Imlek. “Tentu ada pembahasan konsep itu. Tapi ini sifatnya universal. Secara internal, dinas kita menangani itu. Bidang pariwisata dengan stekholder insan pariwisata perlu duduk bersama. Karena kita tidak bisa sendiri. Keterbatasan SDM,” katanya. Menurutnya, yang tengah dilakukan upaya oleh DKOKP saat ini adalah mempersiapkan konsep pariwisata dan budaya. Sehingga ketika kawasan itu sudah menjadi destinasi, ada event budaya berkala yang bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk kembali berkunjung. Sejauh ini, Edi menyebutkan kunjungan wisatawan sendiri sudah mulai meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2017, pihaknya mencatat ada sekitar 1.033.642 wisatawan mancanegara dan domestik yang berkunjung ke Kota Cirebon. Di antaranya wisatawan mancanegara 11.558 orang, dan 1.022.084 orang dari wisatawan domestik. “Dominannya kan domestik ya. Tapi kalau misalnya kita berdayakan potensi yang ada, sangat memungkinkan untuk bisa destinasi wisatawan mancanegara. Berhubung kita juga memiliki Bandara Internasional Kertajati dan juga pelabuhan. Sangat mendukung,” pungkas Edi. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: