Pembangunan Masjid SMAN 7, Sumbangan Disetujui Komite

Pembangunan Masjid SMAN 7, Sumbangan Disetujui Komite

CIREBON – Sumbangan pembangunan Masjid Nur Rohim SMAN 7, berbuntut panjang. Persoalan yang terungkap ke publik karena pengaduan orang tua, diikuti dengan protes dari para siswa. Mereka mengirimkan bukti-bukti terkait nilai sumbangan yang sudah dipatok pihak sekolah. Ada beberapa tangkapan layar percakapan pesan instan yang diterima wartawan Radar Cirebon. Dikirimkan siswa, karena merasa keberatan dengan nilai yang ditentukan. “Sumbangannya nggak keberatan. Tapi namanya sumbangan, kok dipatok nilainya?” ujar salah seorang siswa, kepada Radar, Minggu (16/12). Ia kemudian mengirimkan pesan Whats App berupa tangkapan layar. Dari percakapan di grup kelas. Antara guru dengan para siswanya. Isinya; “Aja klalen sampaikan ke orang tuamu surat himbauan sumbangan pembangunan masjid Nur Rohim SMAN 7 Cirebon dan diisi form kesanggupannya. Kalau kelas X minimal 500.000 mudah-mudahan kelas XII lebih dari itu. Amiiin ya Rabb.” Tak berhenti di situ. Siswa lain mengaku rapornya ditahan. Kejadiannya, Sabtu (14/12). Alasannya, belum bayar sumbangan masjid. “Rapor saya ditahan. Karena belum bayar buat masjid,” katanya. Dalam surat kepada orang tua siswa yang disampaikan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nur Rohim, disebutkan bahwa panitia membutuhkan bantuan sekitar Rp 450 juta untuk pembelian material dan keperluan lain. Juga untuk pembuatan dinding lantai dua, lantai keramik lantai satu. Disebutkan pula bahwa sumbangan dapat langsung dibayarkan kepada panitia. Juga diserahkan kepada wali kelas atau saat pembagian rapot, dilengkapi dengan form pernyataan. Meski diklaim seikhlasnya, ternyata ada beberapa siwa yang mengaku sumbangannya ditolak karena tidak sesuai dengan yang diminta. Siswa tersebut mengirimkan bukti tangkapan layar kepada Radar Cirebon. Bunyinya; “FYI (for your information) ngasih Rp200 ribu tuh nggak diterima. Harus Rp500 ribu,” ungkapnya. Siswa lainnya mempertanyakan sumbangan yang ditentukan nilainya. Juga harus ada kesanggupan yang formulirnya mesti diisi dan dibubuhi materai. Dari formulir persetujuan infak yang didapat Radar, memang benar terdapat kolom materai. Sementara dalam isi formulir tertulis; menyatakan bersedia memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid sebesar Rp…. Yang akan dibayarkan secara lunas atau dicicil selama … bulan. Bahasa dalam form ini mengesankan bahwa yang mengisi menyetujui memberikan sumbangan senilai jumlah tertentu. Baik secara lunas maupun dicil. Bukan sebatas dukungan terhadap pembangunan. Bagaimana panitia merespons ini? Dikonfirmasi Radar Cirebon, Sekertaris Panitia Pembangunan Masjid Nur Rohim, Undang Ahmad Hidayat menegaskan bahwa sumbangan itu berdasarkan persetujuan. Melibatkan pihak sekolah, komite sekolah, Balai Pendidikan Wilayah X dan seluruh wali kelas X juga hadir dalam rapat yang berlangsung Agustus lalu. Menurutnya, saat itu panitia pembangunan masjid diberikan kesempatan untuk mempresentasikan rencananya. Kemudian dibicarakan tentang teknis sumbangannya. Saat itu semua menyetujuinya dengan besar sumbangan sesuai dengan kemampuan. \"Jadi keputusan ini sudah dibahas dalam rapat komite. Alhamdulillah saat itu mulai kami menerima sumbangan. Bervariasi. Terendah mulai dari Rp 0, Rp 5 ribu, Rp 7 ribu, Rp 100 ribu. Sampai tertinggi  Rp 1 juta,” ujar Undang. Terkait sumbangan tersebut, Undang mengaku tidak hanya meminta kepada siswa. Tetapi kepada semua pihak. Termasuk kepada pemerintah. Hanya saja, alangkah lebih baik apabila yang diutamakan adalah warga SMAN 7 sendiri. \"Semua warga SMA 7 berusaha mencari dana kapan pun, di mana pun. Kepada semua yang bisa diminta sumbangannya. Kepada dinas instansi pusat, provinsi, kota, dunia usaha, organisasi,” bebernya. Undang melanjutkan, siswa, guru , pegawai, orang tua siswa, alumni, dan mantan guru, juga dilibatkan dalam sumbangan. Sebab, kebutuhan dananya memang besar. Mencapai Rp 2,8 miliar. “Bagaimanapun caranya yang penting halal,\" ucap dia. Sementara itu, dikonfirmasi terkait dengan ketentuan sumbangan Rp 500 ribu dan form persetujuan orang tua, Undang mengaku, saat itu memang sebatas menargetkan saja untuk menutupi kekurangan dana sebesar Rp 450 juta. Meski demikian, tidak ada paksaan kepada para siswa maupun orang tua siswa yang merasa keberatan. Sementara untuk form persetujuan, hal itu merupakan tanda bentuk komitmen orang tua siswa untuk turut menyukseskan pembangunan masjid yang mulai dibangun lima tahun lalu tersebut. \"Kan itu mah biasa dalam menanggapi hal keuangan. Kalau masalah menyumbang terserah masing-masing. Tetapi dari kita menargetkan saya kira itu wajar saja. Tidak ada paksaan. Semampunya saja,\" jelasnya. Kepala SMAN 7 Cirebon, Rini Mulyanti Santoso membenarkan, pembangunan Masjid Nur Rohim dimulai lima tahun lalu. Sekolah terbesit membangun, karena masjid lama tidak bisa menampung jumlah siswa yang mencapai seribu orang. “Ini ide kepala sekolah sebelumnya. Beliau yang punya ide merenovasi masjid,” katanya, Jumat (13/10). Total dana yang dibutuhkan untuk revitalisasi mencapai Rp 2,8 miliar. Sampai sekarang progresnya baru 50 persen. Karena memang mengandalkan dana swadaya. “Saya berharap sih bisa cepat ya. Supaya siswa dan guru guru yang salat merasa nyaman,” ucapnya. Rini yang baru dua tahun menjabat kepala SMAN 7 menyebutkan, meski baru 50 persen namun Masjid Nur Rohim sudah difungsikan. Bahkan digunakan untuk pelaksanaan salat jumat dan kegiatan perayaan hari besar Islam. Dengan progres saat ini, kebutuhan dana untuk masjid masih sekitar Rp 1,4 miliar. Meski ada yang protes, namun ia juga mensyukuri banyak orang tua yang menyumbang dengan sukarela. Termasuk dari alumni yang sudah mengumpulkan dana hingga Rp 40 juta. (awr-mg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: