Musabab Puting Beliung Panguragan Cirebon versi BMKG

Musabab Puting Beliung Panguragan Cirebon versi BMKG

Puting beliung memporak-porandakan Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Minggu (30/12) sore. Akibatnya, 1 korban tewas, 9 luka-lukan dan 2 orang lainnya dikabarkan mengalami depresi. Selain itu, 165 rumah milik warga mengalami kerusakan baik yang parah maupun ringan. Data tersebut berdasarkan laporan sementara petugas gabungan dari pemerintah daerah yang datang melakukan evakuasi. Baca: Puting Beliung Gulung Panguragan Kulon, 1 Tewas, 9 Luka dan 2 Depresi Penyebab angin puting beliung itu, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), karena adanya daerah tekanan rendah di selatan pulau Jawa dan belokan angin di wilayah Jawa Barat bagian timur. BMKG menyebut tiupan angin kencang tidak hanya terjadi dalam hitungan menit melainkan berdurasi lama hingga hampir sepanjang hari. https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1079387573795975168?s=19 https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1079386308173156355?s=19 https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1079390099299680261?s=19 \"Penyebab yang paling dominan dari peningkatan angin di wilayah Indonesia adalah akibat peningkatan tekanan udara di wilayah Asia yang saat ini sedang terjadi musim dingin,\" kata prakirawan cuaca BMKG Bandung Maulana Mustaqim, Senin, 31 Desember 2018. Sementara itu, posisi matahari yang berada di selatan khatulistiwa karena gerak semu tahunan matahari juga berpengaruh. Posisinya menyebabkan wilayah Indonesia dan Samudera Hindia akan banyak terbentuk daerah tekanan rendah. \"Seperti daerah tekanan rendah saat ini terbentuk di selatan Jawa Timur,\" ujarnya. Akibat dari perbedaan tekanan antara daratan Asia dan Indonesia yang cukup besar ini adalah pergerakan massa udara dari Asia menuju Indonesia yang cukup kuat selama beberapa hari terakhir. Kondisi kecepatan angin yang cukup tinggi ini diperkirakan akan berlangsung hingga awal 2019, karena tekanan tinggi di Asia juga masih akan bertahan lama. BMKG meminta masyarakat mewaspadai angin kencang seperti menjauhi pohon, baliho, atau benda lain yang berpotensi roboh akibat angin kencang. Selain itu angin kencang ini berpengaruh pada peningkatan ketinggian gelombang laut hingga awal 2019. \"Nelayan dan masyarakat yang beraktivitas di lepas pantai agar waspada terkait dengan potensi gelombang tinggi ini,\" katanya. Di wilayah Jawa Barat misalnya angin kencang dan gelombang tinggi perairan selatan Jawa Barat berkisar 2 sampai 4 meter. Adapun di perairan utaranya antara 1,5 sampai 2,5 meter. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: