PJU Arjawinangun-Susukan Banyak yang Mati, Rawan Kecelakaan

PJU Arjawinangun-Susukan Banyak yang Mati, Rawan Kecelakaan

CIREBON - Penerangan Jalan Umum (PJU) yang padam di Jalur pantura Kecamatan Arjawinangun hingga Kecamatan Susukan, akan segera dinyalakan kembali. Pernyataan itu diungkap Anggota Komisi V DPR RI Yoseph Umar Hadi ketika melakukan kunjungan di Kecamatan Arjawinangun, belum lama ini. Dalam kunjungannya, Yoseph melakukan rapat dengan Camat Arjawinangun dan kepala desa di wilayah tersebut. Dalam rapat membahas sejumlah masalah, khususnya terkait kewenangannya di komisi V DPR RI. “Di rapat Pak Camat menyampaikan permasalahan PJU di sepanjang jalur pantura, khususnya Desa Rawagatel, Tegalgubug, dan Kebonturi. Di RSUD Arjawinangun itu juga banyak yang mati. Awal tahun ini akan saya nyalakan lagi. Kalau ada tempat yang belum dibangun lampu, akan kita bangun lampu. Yang sudah ada, akan kita nyalakan kembali dengan memperbaiki aki-nya,” ujarnya. Yoseph menyebutkan, di titik tersebut jumlahnya lebih dari 100 tiang PJU. Selain itu, sepanjang Jalur Pantura hingga Widasari Kabupaten Indramayu, diakuinya, masih banyak yang padam. Hal itu, sekaligus sebagai kritik Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. “Di mana membangun PJU itu seyogyanya berdasarkan usulan bottom-up atau dari bawah ke atas, bukan top-down atau dari atas ke bawah. Artinya, daerah yang dilewati jalan nasional yang akan dibangun PJU, seharusnya berdasarkan sepengetahuan camat atau kepala desa,” tutur Yoseph. Sehingga, lanjutnya, ketika PJU selesai dibangun, perawatan diserahkan kepada tingkat pemerintahan di bawah, seperti desa atau camat untuk dijaga. Kerena, menurutnya, tidak memungkingkan pemerintah pusat untuk melakukan pengontrolan secara berkala. Padamnya PJU, menurut Yoseph, mengakibatkan beberapa kerugian moril maupun materil. Yang paling umum terjadi adalah kecelakaan. Padamnya PJU merata di semua jalan nasional. “Itu menjadi suatu momen yang membuat kita prihatin kalau lewat situ. Itu tidak murah. Satu tiang Rp 30 juta harganya. Dan banyak sekali dalam waktu 1 atau 2 minggu lampunya mati. Bukan karena rusak, tapi karena diambil baterainya,” jelasnya. Untuk mengatasi hal tersebut, dirinya menyarankan agar PJU dengan menggunakan teknologi matahari akan lebih baik. Selain menghemat energi, menggunakan pemanfaatan sinar matahari, pemasangan aki di PJU akan dilakukan di posisi yang lebih tinggi. “Menggunakan energi matahari lebih baik karena kita ini negara panas. Kalau dulu kan akinya di tengah, sekarang akinya persis di bawah panel, jadi lebih tinggi. Lebih susah ngambilnya,” paparnya. Sementara itu, Kuwu Desa Rawagatel, Andi (53) mengaku, sangat menunggu perbaikan PJU di wilayahnya. Karena, masyarakat banyak yang mengeluh akan kondisi padamnya PJU yang sudah lama dibiarkan. Dirinya juga mengaku, persoalan tersebut sudah pernah dibahas di musrenbang. Namun, untuk penangannya tidak kunjung dilakukan. “Rawan kecelakaan ya karena PJU itu. Pandangan mata ketika mengendarai jadi terbatas. Semoga saja segera terealisasi biar masyarakat merasa aman dan nyaman melewati jalan ini,” katanya. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: