Januari, Temukan 33 Kasus DBD

Januari, Temukan 33 Kasus DBD

CIREBON - Kasus demam berdarah di Kabupaten Cirebon meningkat. Jika dibandingkan dengan Januari 2018, kasus demam berdarah tahun ini naik 6 kasus. Jika Januari 2018 terdapat 27 kasus, di Januari 2019, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon mencatat 33 kasus DBD. Data-data tersebut didapat dari sejumlah rumah sakit se-Kabupaten Cirebon. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana, mengatakan, pada pekan pertama dan kedua Januari terdapat laporan 15 kasus DBD. Namun pada pekan ketiga laporan kasus DBD meningkat tajam menjadi 33 kasus. \"Kasus DBD pada Januari 2019 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Karena memang Januari intensitas hujan tinggi. Januari merupakan peralihan cuaca dari kemarau ke penghujan,\" kata Nanang Ruhyana, Kemarin. Untuk itu, pihaknya memastikan seluruh pasien yang terjangkit DBD mendapatkan perawatan medis. \"Mereka sudah dirawat, paling banyak di RSUD Waled, Arjawinangun, dan Mitra Plumbon,\" ujar Nanang. Namun, Nanang menyebutkan, jika diakumulasikan satu tahun, kasus DBD di Kabupaten Cirebon mengalami penurunan. Bahkan, mengalami penurunan drastis. Di tahun 2016 tercatat 1.877 kasus, kemudian di 2017 turun secara drastis menjadi hanya 274 kasus dan tahun 2018 ada 215 kasus. \"Ini berkat program Jemantik (juru pencari jentik nyamuk), dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),\" kata Nanang. Meski demikian angka kasus DBD bisa saja terus meningkat bila masyarakat tidak gemar melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). \"Harus senantiasa gemar melakukan PHBS, selain waspada dan memantau genangan air yang memungkinkan jentik nyamuk, kita harus gemar melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup, red),\" jelas Nanang. Dikarenakan musim penghujan masih terjadi beberapa bulan ke depan, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon terus menggencarkan terlaksananya pola hidup bersih serta pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan masyarakat. Sikap itu harus dilakukan bersamaan agar secara serentak jentik-jentik nyamuk bisa dimatikan. “Kami terus mendorong agar ada satu juru pemantau jentik di setiap rumah yang bertugas memastikan tidak ada genangan air bersih yang bisa dijadikan tempat berkembangbiaknya nyamuk,”jelas Nanang. Bila lingkungan sudah dibersihkan serentak, baru upaya pencegahan tambahan bisa dilakukan dengan pengasapan. “Jadi, bukan pengasapan yang didahulukan. Lingkungannya dulu dibersihkan, baru ditambah pengasapan,” tukasnya. (via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: